Home / Berita Daerah / Keren Pisan, Capaian KB Pria Garut Tembus 225 Persen

Keren Pisan, Capaian KB Pria Garut Tembus 225 Persen

Kepala BKKBN Jawa Barat Kusmana bersama anggota Paguyuban KB Pria Kabupaten Garut usai penyerahan apresiasi capaian kinerja KB Pria di Aula DPPKBPPPA Kabupaten Garut. (DOK. BKKBN JABAR)

GARUT | WARTAKENCANA.COM

Partisipasi kaum pria dalam ber-KB di Kabupaten Garut patut mendapat acungan jempol. Dua bulan menjelang akhir tahun, Garut sudah menuntaskan target yang dipatok awal tahun lalu. Tak tanggung-tanggung, angkanya mencapai 225 persen. Atas capaian keren tersebut, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat memberikan apresiasi khusus kepada para motivator KB pria di Kabupaten Garut.

“Ayah secara khusus datang ke Kabupaten Garut untuk menyampaikan apresiasi kepada para motivator KB pria yang sudah berhasil mengajak para suami untuk menjadi peserta KB. Dalam hal ini KB metode operasi pria (MOP) atau vasektomi. Peran aktif para motivator ini sukses mengantarkan capaian luar biasa Kabupaten Garut. Pokoknya keren pisan,” ungkap Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat Kusmana saat menyampaikan arahan sekaligus penyampaian ucapan terima kasih kepada perwakilan Paguyuban KB Pria Kabupaten Garut di aula Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut, 21 Oktober 2020.

Kusmana yang akrab disapa Ayah Uung ini menilai peran para motivator KB pria untuk mengajak kaum Adam untuk ber-KB sangat strategis. Mereka adalah motivator sekaligus tenaga komunikasi, informasi, dan eduksi (KIE) andal yang mampu mengubah pemahaman para suami tentang progam KB maupun pembangunan keluargam kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana) secara keseluruhan. Pengalaman Uung selama bergelut dengan program Bangga Kencana menunjukkan adanya hambatan besar untuk mengajak pria menjadi akseptor KB.

“Banyak di antara pasangan usia subur sebenarnya ingin ber-KB. Sayangnya, sejumlah perempuan memiliki resistensi terhadap alat dan obat kontrasepsi. Sebagai solusinya, para suami itulah yang seharusnya ber-KB. Nah, para motivator ini peran di situ. Mereka mendorong para suami untuk menjadi ayah bijak dengan mau menjadi menjadi peserta KB. Terlebih karena pada umumnya para motivator KB pria ini adalah akseptor KB juga. Dengan begitu, mereka bisa sharing pengalaman selama menjadi peserta KB. Bukan hanya ngadongeng,” ungkap Ayah Uung.

Sebagai ucapan terima kasih, Ayah Uung yang juga kerap disapa Ayah Spiral ini menyerahkan KIE Kit plus rompi dan topi kepada para motivator KB pria di daerah berjuluk Swiss van Java tersebut. Uung berharap para motivator yang tergabung dalam paguyuban terus aktif memberikan pemahaman dan mengajak para suami untuk menjadi peserta KB.

Dihubungi secara terpisah melalui sambungan telepon, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk DPPKBPPPA Kabupaten Garut Bubu Burhanudin menjelaskan, Pertemuan Penguatan Program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) Bagi Motivator KB Pria se-Kabupaten Garut yang digelar hari ini diikuti 20 orang motivator dari Kecamatan Pamulihan dan Pakenjeng. Pertemuan sengaja digelar untuk meningkatkan pengetahuan para motivator terhadap program KBKR maupun Bangga Kencana secara umum. Bagi Bubu, pemahaman utuh program sangat penting untuk memberikan perspektif luas kepada masyarakat.

“Di Garut ini unik karena ada juga perempuan yang menjadi motivator KB Pria. Hari ini misalnya, dari 20 motivator yang hadir, satu di antaranya adalah perempuan. Namanya Bu Nuryani dari Kecamatan Pakenjeng. Memang sebenarnya motivator KB pria itu bisa siapa saja. Walaupun pada umumnya para motivator adalah para suami yang sebelumnya sudah menjadi menjalani MOP alias vasektomi,” ujar Bubu yang hari ini hadir mewakili Kepala DPPKBPPPA Kabupaten Garut.

Bubu menjelaskan, KB pria memiliki dinamika sendiri. Para suami belum banyak yang memahami pentingnya berbagi peran dengan istri dalam perencanaan keluarga atau lebih sempit lagi perencanaan kelahiran. Karena itu, peran motivator KB pria menjadi sangat penting karena sebagai pelaku sudah barang tentu merasakan langsung manfaat dari kepesertaannya sebagai akseptor KB.

Bubu menyebut setidaknya ada tiga penyebab utama yang menjadikan pria enggan ber-KB. Pertama, pilihan kontrasepsi bagi pria masih sangat terbatas. Indonesia secara resmi hanya memiliki dua jenis kontrasepsi pria. Kalau tidak kondom, opsi lainnya adalah vasektomi atau MOP. Yang terakhir ini kerap kali bercampur dengan rumor menyesatkan.

“Banyak berkembang rumor di masyarakat yang menyebutkan vasektomi sebagai kebiri. Ini jelas info yang keliru. Vasektomi ini hanya bedah minor untuk menutup saluran sperma. Artinya, hubungan suami-istri tetap bisa dilakukan secara normal,” terang Bubu.

Penyebab lain adalah budaya patriarki yang demikian kuat mengakar dalam masyarakat. Selama ini kontrasepsi masih dianggap urusan perempuan. Bukan hanya enggan menjadi peserta KB, budaya ini juga menjadikan keputusan ber-KB bagi perempuan tetap melibatkan suami. Kondisi ini diperburuk dengan berkembangnya rumor yang semakin membuat para suami enggan ber-KB.

“Sebenarnya ada lagi penyebab lain. Biaya MOP ini sangat mahal dan hanya bisa dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah mendapatkan pelatihan khusus. Namun demikian, biaya MOP menjadi tanggungan pemerintah melalui BKKBN,” kata Bubu.

Lebih jauh Bubu menjelaskan, meski capaian KB pria di Kabupaten Garut jauh melampaui target, namun dibandingkan dengan pilihan kontrasepsi lain masih sangat jomplang. Angka 225 persen dari target 30 orang ini tidak banyak menyumbang capaian secara keseluruhan. Secara keseluruhan, sumbangsih KB pria terhadap prevalensi total hanya berkisar pada angka 2 persen. Angka ini lebih kurang sama dengan angka Jawa Barat maupun nasional.(NJP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top