Home / Berita Daerah / Anggota Komisi IX Dorong PUS Ber-KB untuk Tekan Stunting

Anggota Komisi IX Dorong PUS Ber-KB untuk Tekan Stunting

Anggota Komisi IX DPR RI Putih Sari saat menjadi narasumber Kampanye Percepatan Penurunan Stunting di Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, pada Minggu 12 November 2023.

BEKASI | WARTAKENCANA.COM

Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Putih Sari mendorong pasangan usia subur (PUS) untuk menjadi akseptor keluarga berncana (KB) sebagai salah satu upaya mencegah risiko stunting. Putih menyampaikan dorongan tersebut kepada ratusan warga yang menghadiri Kampanye Percepatan Penurunan Stunting di Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, pada Minggu 12 November 2023.

“Untuk menekan peningkatan stunting, masyarakat perlu memahami faktor-faktor apa saja yang menyebabkab stunting. Selain kekurangan gizi dan kesalahan pola asuh, penyebab stunting adalah tidak menerapkan program KB di keluarga. Pasalnya, dengan tidak ber-KB  maka angka kelahiran anak di keluarga tidak bisa direncanakan,” ujar Putih Sari.

“Kehamilan yang terlalu dekat dan tidak terencana berdampak pada terganggunya kesehatan ibu. Juga menjadikan pola asuh tidak maksimal. Mungkin saja anaknya jadi stunting,” tambah Putih.

Anggota DPR RI tiga periode ini meminta Pemerintah Kabuputen Bekasi untuk melakukan berbagai upaya pencegahan dan percepatan penurunan stunting. Alasannya, Kabupaten Bekasi merupakan  salah satu kabupaten di Indonesia  yang kasus stunting terbanyak.

“Untuk menekan angka stunting di Kabupaten Bekasi, harus melakukan upaya pencegahan agar program percepatan penurunan stunting lebih maksimal,” ujar Putih.

Terkait hubungan antara program KB dengan stunting, sebelumnya Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menjelaskan, program KB menjadi kunci penting dalam rangka menurunkan stunting nasional. Karena itu, BKKBN terus menggenjot program KB di seluruh daerah.

“KB penting sekali mencegah stunting. Kunci menurunkan stunting asalkan jumlah anak jangan terlalu banyak dan jaraknya jangan kurang dari 3 tahun. Kalau kurang dari 3 tahun jaraknya cenderung stunting dan autis,” ujar Hasto.

Lebih jauh dia menjelaskan, stunting terjadi bukan hanya karena kekurangan gizi pada anak, namun juga terbatasnya pemahaman tentang pengasuhan yang dilakukan saat anak berada dalam kandungan. Sayangnya, masih banyak kehamilan berisiko (terlalu muda, terlalu rapat, terlalu banyak, terlalu senja) dilakukan oleh pasangan usia subur yang membahayakan baik bagi si ibu, maupun bagi si anak.

Program KB sendiri bertujuan mengatur kehamilan pasangan usia subur, di antaranya mencegah usia kehamilan yang terlalu dini serta jarak kehamilan yang terlalu dekat sehingga berperan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan memastikan ketercukupan gizi anak. KB melakukan intervensi spesifik seperti mempersiapkan calon ibu semenjak remaja, termasuk menghindari pernikahan terlalu dini.

“Program KB fokus pada kesehatan reproduksi perempuan. Seorang ibu disarankan untuk merencanakan dan mengatur jarak kehamilannya dengan baik. Dengan begitu, anak yang dikandung dan dilahirkan pun sehat dan kecil risiko menderita stunting,” papar dia.(NJP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top