BOGOR – DUAANAK.COM
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bekerjasama dengan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar Deklarasi Keluarga Indonesia tahun 2014 di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, pada Kamis 26 Juni 2014. Hadir dalam Deklarasi ini Kepala BKKBN Fasli Jalal, Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat Netty Heryawan, Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Jawa Barat Ahmad Hadadi, Rektor IPB Herry Suhardianto, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, serta 2.600 peserta deklarasi yang berasal dari masyarakat.
Kegiatan selama empat jam ini diramaikan dengan pawai yang ditampilkan Forum Anak Indonesia. Selain itu, berbagai pelatihan keterampilan kehidupan keluarga seperti teknik mendongeng, teknik mengenali potensi anak hingga teknik mengelola keuangan keluarga. Berbagai perlombaan dan pertunjukkan konsultasi kehidupan keluarga serta pameran hasil karya program pemberdayaan keluarga turut memeriahkan deklarasi.
Ada 10 poin ikrar yang disampaikan dalam Deklarasi Keluarga Indonesia tahun 2014. Kesepuluh poin tersebut tidak lepas dari delapan fungsi keluarga. Kepala BKKBN dalam sambutannya mengatakan bahwa Kegiatan Deklarasi Keluarga Indonesia ini dilaksanakan dalam rangka mengisi dan memaknai peringatan Hari Keluarga Nasional XXI tahun 2014 yang acara puncak peringatannya telah diselenggarakan di Surabaya, Provinsi Jawa Timur, pada 14 Juni 2014 lalu. Hari Keluarga Nasional sendiri diperingati pada setiap 29 Juni. Deklarasi Keluarga Indonesia ini juga merupakan ajakan untuk terus menyadari betapa penting dan sentralnya keluarga.
Akhir-akhir ini, banyak permasalahan yang mendera banyak keluarga di Indonesia. Sebut saja kasus kekerasan dalam rumah tangga, tingginya angka perceraian, penyalahgunaan obat/narkotika/napza di kalangan pelajar dan mahasiswa, fenomena broken home, pembunuhan antaranggota keluarga, meningkatnya perilaku seks bebas di kalangan remaja, tawuran siswa dan mahasiswa, hingga tawuran warga masyarakat antarkampung.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, BKKBN mengajak seluruh keluarga untuk melakukan tiga hal. Pertama, memperkuat kembali pelaksanaan delapan fungsi keluarga, yaitu fungsi agama, pendidikan, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosial dan budaya, ekonomi, dan lingkungan. Kedua, menata kembali manajemen keluarga. Konsep dasar manajemen keluarga adalah bagaimana merencanakan keluarga dengan sebaik-baiknya, dimulai dari kapan menikah, kapan punya anak, berapa jumlah anak yang diinginkan, dan kapan berhenti melahirkan. Program Keluarga Berencana (KB) adalah program yang menciptakan peluang. Karena itu, hanya ber-KB saja tidak cukup, melainkan juga harus dipikirkan bagaimana memanfaatkan peluang yang telah tercipta.
Terakhir, sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia, Indonesia akan menemui berbagai permasalahan dengan penduduk yang banyak bila jumlah penduduk yang besar tidak dikelola dengan baik. Melalui program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK), kita berupaya meningkatkan kualitas penduduk dan keluarga. Jika program KKBPK gagal, selain laju pertumbuhan penduduk meningkat, beban pemerintah dan masyarakat juga akan meningkat.
“Peran keluarga menjadi sangat penting untuk mengubah peradaban bangsa ini. Kalau kita berhasil melakukan intervensi kepada unit terkecil di masyarakat yang disebut keluarga ini, maka kita akan dapat membangun bangsa ini; membangun karakter, kemampuan fisik, perilaku, dan budaya bangsa Indonesia, “ jelas Fasli. (DUAANAK.COM)