Home / Berita Daerah / Putih Sari: Gizi, Pola Asuh, dan KB Turut Jadi Penyebab Stunting

Putih Sari: Gizi, Pola Asuh, dan KB Turut Jadi Penyebab Stunting

Anggota Komisi IX DPR RI Putih Sari (tengah) saat Promosi dan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Percepatan Penurunan Stunting di Desa Mekarjaya, Kecamatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, pada Selasa 10 Oktober 2023. 

BEKASI | WARTAKENCANA.COM

Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Putih Sari mengungkap bahwa Kabupaten Bekasi menjadi salah satu daerah dengan prevalensi tinggi stunting tertinggi di Indonesia. Dia mengingatkan kepada seluruh warga Kabupaten Bekasi untuk memahami penyebab terjadinya stunting. Selanjutnya adalah melakukan upaya pencegahan agar program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bekasi lebih maksimal. 

“Stunting terjadi bukan karena kemiskinan atau ekonomi keluarga, tapi juga disebabkan kurangnya perhatian orang tua dan kesalahan pola asuh. Ini harus dipahami agar orang tua lebih waspada terhadap penyebab terjadinya stunting,” ungkap Putih Sari saat Promosi dan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Percepatan Penurunan Stunting di Desa Mekarjaya, Kecamatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, pada Selasa 10 Oktober 2023. 

Selain kekurangan gizi dan kesalahan pola asuh, lanjut dia, salah satu penyebab stunting adalah tidak menerapkan program keluarga berencana (KB) di keluarga. Sebab, dengan tidak ber-KB maka angka kelahiran anak di keluarga tidak bisa direncanakan.

“Kehamilan yang terlalu dekat dan tidak terencana juga bisa jadi penyebab stunting. Apa lagi jika kesehatan ibu terganggu karena terlalu sering melahirkan, sudah pasti pola asuhnya tidak maksimal dan bisa jadi anaknya nanti jadi stunting,” jelasnya. 

Di tempat yang sama, Sekretaris Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat Irfan Indriastono menambahkan, ciri-ciri anak stunting bisa dilihat sejak kelahirannya. Setidaknya, ada dua ciri-ciri kondisi stunting yang harus diwaspadai orang tua. Yakni, Ketika dilahirkan berat badannya kurang dari 2,5 kilogram dan tinggi badannya di bawah 48 centimeter. 

“Ketika di lingkungan kita ada yang melahirkan dengan dua ciri tersebut, lebih baik diinformasikan kepada petugas KB di wilayahnya atau kepada pemerintah desa untuk segera ditindaklanjuti. Stunting ini bisa dicegah, jika anak masih berusia di bawah dua tahun maka masih bisa ditangani. Lebih cepat ditangani akan lebih bagus,” kata Irfan. (Wahyudi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top