Home / Berita Daerah / Anggota Komisi IX DPR RI Ingatkan Merokok Bisa Jadi Pemicu Stunting

Anggota Komisi IX DPR RI Ingatkan Merokok Bisa Jadi Pemicu Stunting


Anggota Komisi IX DPR RI Nurhayati Effendi di hadapan ratusan warga yang menghadiri Pembinaan Keluarga Berisiko Stunting Bersama Mitra Kerja di GOR Kompak, Jalan Cicariang, Kawalu, Tasikmalaya, pada Minggu 13 Agustus 2023.(AGUS ALAMSYAH/TASIKPLUS)

TASIKMALAYA | WARTAKENCANA.COM

Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Nurhayati Effendi mengingatkan bahwa kaum pria punya andil besar dalam upaya percepatan penurunan stunting. Salah satu peran yang bisa diambil adalah mendukung terciptanya pola hidup sehat dalam keluarga yang diwujudkan dengan tidak merokok di dalam rumah.  

“Kita melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Tujuannya agar masyarakat memahami bahaya stunting dan berperan aktif mencegah stunting. Kepada bapak-bapaknya, jangan jadi pemicu stunting dari kebiasaan merokok. Penting untuk tidak merokok di dalam ruangan, terutama yang ada anak-anak dan ibu hamil. Ini pun selaras dengan ajaran agama untuk tidak menzalimi orang,” ujar Nurhayati di hadapan ratusan warga yang menghadiri Pembinaan Keluarga Berisiko Stunting Bersama Mitra Kerja di GOR Kompak, Jalan Cicariang, Kawalu, Tasikmalaya, pada Minggu 13 Agustus 2023.

Anggota DPR RI asal Daerah Pemilihan Kabupaten dan Kota Tasikmalaya serta Kabupaten Garut ini mengingatkan pentingnya bagi semua kalangan untuk banyak belajar. Dalam hal ini hal-hal yang diperlukan dalam upaya pencegahan stunting. Dia berharap kaum pria untuk sama-sama menjaga hidup sehat, keluarga sehat, dan lingkungan sehat. Tersedianya sanitasi baik, sambung Nurhayati, merupakan upaya penting menghindari risiko stunting.

Menurutnya, Tasikmalaya masih jadi penyumbang stunting di Jawa Barat. Sedangkan Jawa Barat berpenduduk banyak, mencapai 30 persen dari total penduduk Indonesia, jika bisa menurunkan stunting, berarti menyumbang sangat signifikan pada penurunan stunting nasional. Upaya pencegahan bisa dimulai dari rumah yang bersih, bersanitasi baik, lingkungan bersih, dan layak huni.

Dia mengingatkan, stunting tidak hanya jadi bahasan pembicaraan dan dirapatkan. Lebih penting dari situ adalah tindakan nyata di lapangan. Ia optimistis jika ada kesamaan langkah cegah dari pemerintah pusat hingga daerah, bukan mustahil prevalensi stunting mencapai nol di Indonesia. “Untuk itu, ini harus menjadi garapan bersama, hingga melakukan langkah intervensi langsung,” paparnya.

Lebih jauh Nurhayati menjelaskan, di luar aspek kesehatan atau kekurangan gizi, tak kalah sensitif pula terpicu kondisi lingkungan. Tak bisa mengakses pangan bergizi lantaran kemiskinan, sehingga harus ditangani bersama. “Kalau di Kota Tasikmalaya ada gagasan satu PNS (membantu) satu anak stunting, bisa juga satu RT menangani satu anak stunting di lingkungannya. Ini akan mempercepat penurunan stunting di Kota Tasikmalaya,” ujar Nurhayati.

Nurhayati mengimbau jika mendapati anak stunting segera laporkan, nanti Dinas Kesehatan akan mendatangi. Memotivasi para kader, menjadi perempuan berdaya, bagaimana mempermudah akses pangan bergizi, dorong visi-misi dan komitmen para pemimpinnya, terimplementasikan secara nyata di masyarakat.

“Pemerintah tengah fokus menekan penyebaran stunting. Menargetkan penurunan hingga di angka 14 persen pada 2024. Saat ini masih di atas 20 persen. Sebegitu serius langkah mendorong penurunan stunting ini, sebab jika tidak bisa membuat Indonesia lost generation. Upaya mencegah ini tak bisa dilakukan sendiri pemerintah, melainkan harus bersama-sama,” pungkas Nurhayati.

Pentingnya Kualitas SDM

Di bagian lain, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat Fazar Supriadi menekankan pentingnya mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) saat ini. “Kita masuk kelompok negara yang warganya masih dalam deret berkualitas SDM rendah. Hasil satu survei, IQ teranyar dari 199 negara disurvei, Indonesia di posisi ke-130. Kalah oleh China, Korsel,” sebutnya.

Menurutnya, negara-negara maju sudah memersiapkan generasinya sebaik mungkin. Indonesia pun perlu seperti itu. “Mereka memersiapkan generasi sebaiknya-baiknya. Di negara maju tidak boleh ada stunting. Kalau warga negara sudah pintar-pintar tidak akan mudah terhasut. Seperti dengan menerima WA langsung share-share saja,” ucapnya.

Untuk menjadi negara maju, imbuh Fazar, kita tidak berpikir maju, setidaknya menuju 2045. Ini harus dipersiapkan dari sekarang. Salah satunya dengan menghindari stunting. Dia juga mengimbau setiap anak mendapatkan imunisasi lengkap.

Disebutkan lagi, saat ini ada catatan, penduduk Indonesia mengalami peningkatan angka harapan hidupnya. Namun, dari catatan Kemenkes menunjukkan kenaikan angka harapan hidup ini masih belum diimbangi dengan tren kesehatannya.

Di pengujung bahasannya, Fazar mengingatkan ikhwal pentingnya mengawal upaya menurunkan prevalensi stunting. Tasikmalaya masih dengan angka 22,45 persen yang harus terus ditekan. Salah satunya dengan menghindari menikah pada usia muda. Selain itu, penting untuk mengonsumsi air bersih, menggunakan jamban sehat, dan menjaga pola hidup sehat lainnya. Khusus kepada tim pendamping keluarga (TPK), Fazar meminta untuk lebih intens dalam mendampingi calon pengantin. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top