Home / Berita Utama / Keluarga Bebas Stunting, Anak Terlindungi, Jabar Juara, Indonesia Maju

Keluarga Bebas Stunting, Anak Terlindungi, Jabar Juara, Indonesia Maju

Jawa Barat Peringati Hari Keluarga Nasioonal dan Hari Anak Nasional di Pantai Pangandaran

Plh Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum dan Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Barat Atalia Praratya Ridwal Kamil menerima penghargaan dari Deputi KBKR BKKBN Eni Gustina pada puncak peringatan Harganas ke-30 dan Hari Anak Nasional ke-39 di Alun-alun Paamprokan, Gantai Pangandaran, pada Rabu 26 Juli 2023. (IRFAN HQ/BKKBNJABAR)

PANGANDARAN | WARTAKENCANA.COM

Puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 dan Hari Anak Nasional (HAN) ke-39 Tingkat Provinsi Jawa Barat berlangsung dalam suasana pantai. Terik matahari menyatu dengan embusan angin dan deburan ombak di Alun-alun Paamprokan, Pantai Barat Pangandaran, ikon baru sekaligus ruang publik bagi warga Pangandaran. Wakil Gubernur sekaligus Pelaksana Harian (Plh) Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum memimpin jalannya prosesi tahunan milik keluarga Indonesia tersebut. 

Dalam sambutannya, Uu secara tegas menyampaikan penting peran keluarga dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Tema Menuju Keluarga Bebas Stunting untuk Jawa Barat Juara Lahir Bathin memiliki makna bahwa untuk bisa menjadi Juara, Jawa Barat harus benar-benar mempersiapkan kualitas SDM. Isu stunting menjadi titik awal untuk semua pihak punya peran dan tanggung jawab yang sama bagaimana menyiapkan generasi penerus Indonesia, khususnya di Jawa Barat dengan prinsip-prinsip pentahelix dan kolaborasi. 

“Tertuang di dalam Al-Quran Surah An-Nisa Ayat 9, ‘Janganlah kalian meninggalkan generasi yang lemah.’ Memilki makna bahwa kita semua harus benar-benar mempersiapkan anak-anak dan keturunan kita harus menjadi SDM yang unggul, sehat, berdayasaing, berkualitas dan akhlakul kharimah. Semuanya ini dapat terwujud apabila terdapat sebuah perencanaan bagiamana kita membangun sebuah sebuah keluarga,” ungkap Uu.

Uu yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Jawa Barat mengingatkan bahwa setiap keluarga merupakan sekolah atau madrasah pertama. Dan, setiap ibu adalah guru bagi anak-anaknya. Karena itu, Uu berpesan agar peringatan Harganas harus mampu menjadi momentum untuk kembali kepada keluarga. 

“Fungsi keluarga menjadi hal yang utama, konsep delapan fungsi keluarga diharapkan dapat diimplementasikan secara penuh oleh keluarga-keluarga kita masing-masing. Pola asuh dan pola didik di dalam keluarga menjadi hal yang utama dan krusial, guna mewujudkan generasi Jawa Barat yang juara lahir batin. Dari keluargalah, akan muncul Ayah-ayah keren yang produktif dan bertanggung jawab, muncul Ibu-ibu hebat yang memberikan kasih sayang dan pola asuh yang luar biasa, sehingga akan menghasilkan ana-anak yang pintar, cerdas, sehat, dan berahlak mulia,” tandas Uu.

Fondasi Utama Pembangunan

Sesaat sebelumnya, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jawa Barat I Gusti Agung Kim Fajar Wiyati Oka dalam laporannya mengungkapkan, tema peringatan Harganas ke-30 “Menuju Keluarga Bebas Stunting untuk Indonesia Maju” diusung sebagai suatu ajakan bagi seluruh unsur masyarakat untuk peduli dan bergotong royong membantu keluarga berisiko stunting agar terbebas dari stunting. Tema ini kemudian diselaras dengan tema HAN ke-39 “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”. 

“Kedua program ini sejatinya merupakan fondasi utama bagi upaya pemerintah dalam mewujudkan ketahanan bangsa. Dengan demikian, kedua program ini harus terus dilakukan agar Jawa Barat dapat menjadi penopang pembangunan nasional dalam aspek sumber daya manusia, sehingga pada waktunya bonus demografi dapat benar-benar kita raih,” papar Kim, sapaan akrab I Gusti Agung Kim Fajar Wisati Oka. 

Kim menjelaskan, rangkaian peringatan peringatan Harganas dan HAN 2023 diisi dengan berbagai kegiatan. Beberapa di antaranya adalah Mupen Racing 6.0 dan Motor Penyuluh KB, Gerakan Ayo Ikut ke BKB/Posyandu dan Pelayanan Kartu Kembang Anak( KKA), Pelatihan Vocational Usaha Peningkatan  Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)  di Kampung KB,  Peningkatan Kapasitas Bagi Pengelola Balnak Tingkat Kabupaten dan Kota, Pembinaan dan Evaluasi Kinerja Tenaga Lapangan Terdepan Keluarga Berencana (Teladan KB), dan Orientasi  Perawatan Jangka Panjang (PJP). 

Berikutnya adalah Bakti Sosial Ikatan Penyuluh KB, Edukasi Gizi dan Anemia bagi Remaja, Edukasi Stop Bullying, KIE Ketahanan Keluarga dan Kespro, dan Sosialisasi Kespro Bagi Remaja Beresiko  Tinggi. Kemudian Lomba Kreasi Menu Bergizi Dahsyat, Gelar Dagang dan Program Gelar Pelayanan Untuk Warga, Pelayanan KB dan IVA Test. Ada lagi Webinar Population Day, Sosialisasi Rumah Dataku, Sosialisasi Sekolah Siaga Kependudukan (SSK), dan Musyawarah Daerah Forum Pos KB Desa. 

Kegiatan lain yang digelar dalam tiga hari pelaksanaan Harganas 2023 antara lain Bantuan Sosial dan Penyuluhan Terhadap Keluarga Beresiko Stunting (KRS) tentang Pencegahan Stunting Melalui Konsumsi Telur, Apresiasi Pengelola Program Bangga Kencana Tingkat Provinsi, dan Apresiasi Kepala Daerah Dengan Komitmen Dan Konsistensi Tinggi Dalam Pelayanan KB Pasca Salin Dalam Rangka Penurunan Angka Stunting di Provinsi Jawa Barat Kepada Bapak Gubernur. Selain itu, turut diserahkan Apresiasi Dukungan PKK Provinsi Jawa Barat Untuk Optimalisasi Peran Tim Pendamping Keluarga (TPK) Dalam Program Percepatan Penurunan Stunting

Di samping itu, turut diserahkan Apresiasi Kabupaten Tercepat Dalam Pelaksanaan Pemutakhiran Data Keluarga Tahun 2023, Deklarasi Penyuluh Kb Jawa Barat Sebagai Kakak Asuh Anak Stunting (KAAS). Terakhir, pemberian penghargaan bagi Pemenang Perlombaan Singka Sindi Award Dalam Rangkaian Kegiatan HAN 2023. 

Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat Fazar Supriadi Sentosa berpose bersama penerima penghargaan pada puncak peringatan Harganas ke-30 dan Hari Anak Nasional ke-39 di Alun-alun Paamprokan, Gantai Pangandaran, pada Rabu 26 Juli 2023. (IRFAN HQ/BKKBNJABAR)

Kim menjelaskan, peringatan Harganas dan HAN dihelat bersamaan bertujuan meningkatkan peran lintas sektor, stake holders, dan tokoh masyarakat dalam pembangunan keluarga. Kemudian, meningkatkan kinerja pengelola dan petugas Bangga Kencana, dan meningkatkan kepedulian keluarga indonesia dalam pencegahan stunting. Tujuan lainnya adalah 

membuka ruang dan meningkatkan aspirasi dan partisipasi anak dan meningkatkan  pencegahan kekerasan terhadap anak dan perempuan melalui  upaya peningkatan pelopor dan pelapor.

Keluarga Kunci Penanganan Stunting

Sementara itu, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Eni Gustina yang hadir mewakili Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan, Harganas dilaksanakan untuk mensinergikan gerak dan langkah keluarga Indonesia dalam percepatan penurunan stunting. Selain itu, meningkatkan peran stake holders, para tokoh dan mitra strategis, meningkatkan kinerja pengelola dan petugas program Bangga Kencana serta meningkatkan kepedulian keluarga Indonesia dalam pencegahan stunting. 

“Keluarga adalah pondasi karakter bangsa karena dalam keluargalah pendidikan karakter pertama anak didapatkan. Haganas ini dapat dijadikan wahana untuk meningkatkan kualitas hubungan antaranggota keluarga dan sekaligus berinteraksi langsung antaranggota keluarga dalam memperkuat ketahanan keluarga,” ungkap Eni. 

Lebih jauh Eni mengungkapkan, hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan  20,2 persen balita di Jawa Barat mengalami stunting pada tahun 2022. Prevalensi stunting di Provinsi Jawa Barat ini sudah menurun 4,3 persen dibandingkan hasil SSGI 2021 sebesar 24,5 persen. 

“Kita memahami bahwa konsekuensi dari stunting ini bukan semata-mata persoalan terkait dengan panjang/tinggi badan balita, namun lebih kompleks yaitu dampaknya terhadap kualitas hidup balita di masa depan seperti munculnya risiko penyakit kronis, ketertinggalan dalam kecerdasan, serta akan kalah nantinya di dalam persaingan. Dampak negatif dari stunting ini harus segera diatasi, salah satunya dengan melakukan langkah preventif dari hulu yaitu sejak remaja dan calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan pada balita itu sendiri,” papar Eni. 

Eni menambahkan, stunting dapat terjadi akibat anak kekurangan gizi terutama dalam periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Remaja yang kurang gizi dan anemia, ibu hamil yang kekurangan nutrisi yang adekuat, serta faktor sanitasi dan air minum yang buruk dapat meningkatkan risiko lahirnya bayi stunting

Sebab itu, sambung Eni, keluarga adalah pilar pertama dan utama yang menjadi faktor kunci dalam mengatasi determinan terjadinya stunting. Keluarga harus memiliki kesadaran dan kepedulian untuk memprioritaskan asupan gizi dan pola pengasuhan anak yang baik dan benar pada anak, yaitu dengan kasih sayang, menyediakan lingkungan yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi tumbuh kembang anak serta melakukan pengasuhan tanpa kekerasan dan bisa menjadi teladan yang baik bagi anak. 

“Pemberian makanan bergizi yang seimbang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama dalam dua tahun pertama anak. Jawa Barat adalah Provinsi yang memiliki alam yang subur dan sangat kaya dengan potensi pangan lokal. Potensi sumber pangan lokal ini yang lebih mudah didapat dan lebih murah dapat dioptimalkan pemanfaatnya mulai dari tingkat keluarga dalam mencegah stunting,” papar Eni.(NJP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top