Home / Berita Utama / Harganas Momentum Bersatu Menolak Kekerasan

Harganas Momentum Bersatu Menolak Kekerasan

BANDUNG – DUAANAK.COM

Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan serta sejumlah pejabat lain saat membuka secara resmi Peringatan Harganas XXIII Tingkat Provinsi Jawa Barat. (DOK. BKKBN JABAR)

Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan serta sejumlah pejabat lain saat membuka secara resmi Peringatan Harganas XXIII Tingkat Provinsi Jawa Barat. (DOK. BKKBN JABAR)

Penolakan terhadap kekerasan menjadi tema sentral peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-23 tingkat Provinsi Jawa Barat yang berlangsung di Lapangan Binjas Lanud Sulaiman, Margahayu, Kabupaten Bandung, pada 23 Agustus 2016 lalu. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat mengajak semua pihak untuk mencegah terjadinya kekerasan fisik dan seksual terhadap anak dan perempuan. Di sisi lain, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Surapaty menekankan pentingnya revoluasi mental dalam pembangunan keluarga.

Dalam sambutannya, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, berkumpulnya semua pihak dalam memperingati Harganas bisa menjadi solusi memperkuat komitmen untuk menghilangkan kekerasan terhadap perempuan dan anak, di mana pun berada. Heryawan mengapresiasi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) Jawa Barat yang secara aktif memberikan advokasi dan perlindungan terhadap korban-korban kasus kekerasan hingga perdagangan orang dan kejahatan seksual.

“Tentu kami urusi karena korbannya masih ada, tapi dari tahun ke tahun ada penurunan tren. Berarti ada perbaikan karena kami terus gaungkan. Pendidikan yang berorientasi pada sasaran gender, keselamatan dan keamanan kaum perempuan dan anak terus kami gelorakan,” kata Heryawan seperti dikutip bandungekspres.co.id.

Aher mengklaim, dengan upaya yang dilakukan selama ini, setiap tahunnya kasus-kasus tersebut memang masih ada tapi cenderung mengalami penurunan. Tentunya, itu semua atas kerjasama antara Pemprov Jabar dan semua pihak terkait. “Kami berharap pada tahun-tahun ke depan kasus tersebut bisa tuntas dengan gerakan hilangkan kekerasan pada anak dan perempuan,” ucapnya.

Aher menjelaskan, faktor-faktor untuk menjauhkan permasalahan kekerasan terhadap anak dan perempuan ini tentunya harus diimbangi dengan kondisi keluarga yang bahagia, sejahtera dan harmonis. Karena, hal tersebut dianggap sangat penting dan menjadi kunci persoalannya.

”Munculnya pelecehan dan kekerasan seksual biasanya dari keluarga rentan. Harusnya kalau keluarga normal, kokoh, harmonis suami dengan istri dan orang tua dengan anak, biasanya tidak ada persoalan yang berarti. Yang harus kita antisipasi keluarga yang rentan, katakanlah dengan tingkat kesejahteraan yang belum memadai,” jelasnya.

Oleh karena itu, kata Aher, permasalahan ini yang menjadi fokus dari Pemprov Jabar untuk terus membangun, mendidik, memberikan arahan dan memperhatikan, supaya  tidak terjadi kembali kekerasan fisik dan seksual terhadap anak dan perempuan di keluarga maupun lingkungan.

Revolusi Mental Keluarga Indonesia

Di tempat yang sama, Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty mengingatkan pentingnya keluarga dalam membengun revolusi mental. Revolusi mental berbasis keluarga menjadi pentingnya karena keluarga merupakan unit terkecil bangsa. Hanya keluarga yang berkarakter yang mampu menjadikan Indonesia jaya di kemudian hari.

Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty memberikan sambutan pada Peringatan Harganas XXIII tingkat Jawa Barat. (NAJIP HENDRA SP/DUAANAK.COM)

Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty memberikan sambutan pada Peringatan Harganas XXIII tingkat Jawa Barat. (NAJIP HENDRA SP/DUAANAK.COM)

“Jadi revolusi mental adalah perubahan fundamental cara berpikir, cara bekerja dan cara hidup yang leih baik untuk kemajuan bangsa. Gerakan ini harus kita awali dari keluarga, tentunya keluarga yang berkualitas,” papar Surya.

Dikatakannya, keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang mampu menjalankan fungsi-fungsinya secara paripurna. Fungsi-fungsi di dalam keluarga semuanya harus berjalan secara beriringan antara lain fungsi kesehatan, fungsi pendidikan berkarakter, fungsi ekonomi, dan fungsi sosial dari masing-masing individu di dalam sebuah keluarga. Selain itu di dalam keluarga Indonesia juga perlu ditanamkan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah negara, Pancasila.

“Agar seluruh fungsi itu berjalan dengan baik, maka peran orang tua sangat vital di sini. Artinya pemahaman terhadap fungsi-fungsi itu harus dimiliki terlebih dahulu oleh para orang tua zaman sekarang. Untuk itu, pendidikan dan usia pernikahan yang cukup sangat menentukan kualitas orang tua dan kualitas keluarganya,” lanjutnya.

Surya Chandra yakin keluarga berkualitas akan melahirkan individu berkualitas pula. Jika itu dilaksanakan seluruh keluarga di Indonesia, bukan tidak mustahil akan menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat dan kuat.

“Seperti pernah digagas Bung Karno pada pidato Kemerdekaan, 17 Agustus 1957, bangsa Indonesia harus melakukan revolusi mental. Dan dari konsep revolusi mental yang dicita-citakan Bung Karno adalah manusia Indonesia harus berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api menyala-nyala,” tandas Surya.

Yang dimaksud bersemangat elang rajawali, sambung dia, adalah semangat yang pantang menyerah dan tidak mengenal lelah, dimana filosofi ini diambil dari semangat dan kerja keras yang dimiliki elang rajawali dalam berjuang mempertahankan hidupnya. Namun demikian, konsep revolusi mental ini jangan hanya sebatas seremonial, retorika dan slogan belaka namun harus diimplementasikan oleh segenap generasi bangsa Indonesia.

“Semua manusia Indonesia harus satu persepsi soal konsep gerakan ini, dan tidak ada kata terlambat untuk kita menggelorakan gerakan revolusi mental ini. Tetapi kita harus bersama-sama bergerak mulai dari sekarang dan mulai dari diri sendiri,” pungkasnya.(NJP/BE/RRI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top