Home / Featured / Ucu Kurniawati Enjoy Jadi TPD

Ucu Kurniawati Enjoy Jadi TPD

Ucu Kurniawati, TPD Desa Sukamenak, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang . (NAJIP HENDRA SP/DUAANAK.COM)

Ucu Kurniawati, TPD Desa Sukamenak, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang. (NAJIP HENDRA SP/DUAANAK.COM)

SUMEDANG – DUAANAK.COM

Historia magistra vitae. Sejarah guru kehidupan. Begitu kata pepatah Yunani kuno ihwal pentingnya masa lalu bagi kehidupan umat manusia. Atau, pengalaman merupakan guru terbaik kata para pujangga. Nah, pengalaman itu pula yang diyakini Ucu Kurniawati sebagai investasi besar bagi kehidupannya di kemudian hari.

Atas nama pengalaman itu pula yang menjadikan Ucu enjoy menjalani tugas sebagai tenaga penggerak desa (TPD) untuk program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK) di Desa Sukamenak, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang. Ibu satu anak ini mengaku mendapat banyak pengalaman selama tiga tahun bergelut di tengah masyarakat. Apalagi, seorang TPD boleh dibilang tidak punya jam kerja untuk melayani masyarakat. Bisa pagi, siang, atau malam sekalipun.

Alhamdulillah sejauh ini saya enjoy jadi TPD. Saya bisa bertemu langsung dengan masyarakat, berinteraksi, dan bersilaturahim setiap hari,” kata Uju saat ditemui di sela kemeriahan puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXI tingkat Kabupaten Sumedang di lapangan Desa Kebon Kalapa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang pada 20 Agustus 2014 lalu.

“Sejak menjadi TPD pada 2011 lalu, Alhamdulillah banyak mendapat banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan. Yang paling terasa, misalnya, pengalaman dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat. (Program) KB itu tidak terlepas dari KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi). Semakin banyak menjalankan KIE, semakin kaya pengalaman kita. Pada akhirnya, saya sendiri mendapat pengalaman banyak hal hal terkait pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Pengalaman tersebut Insya Allah bermanfaat untuk waktu-waktu yang akan datang,” Ucu menambahkan.

Di sisi lain, sarjana pendidikan matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sebelas April ini mengaku mendapat tantangan lebih ketika mengedukasi kaum pria untuk berpartisipasi dalam program KKBPK, terutama untuk menjalani vasektomi alias metode operasi pria (MOP). Dia mencontohkan, dari lebih dari 80 persen peserta aktif KB di desa binaannya, tercatat hanya enam orang yang bersedia menjalani MOP.

Padahal, sambung Ucu, KB pria merupakan salah satu upaya mendorong efektivitas penggunaan alat dan obat kontrasepsi. Maklum, sejauh ini partisipasi KB masih desa binaannya -maupun secara keseluruhan- masih didominasi metode kontrasepsi jangka pendek berupa pil dan suntik. Dua obat ini memiliki tingkat putus-pakai tinggi sehingga berpotensi memicu kehamilan atau drop out.

“Banyak yang beranggapan bahwa MOP memicu gangguan ejakulasi. Padahal, itu anggapan keliru. Nah, kami para TPD berusaha meyakinkan masyarakat mengenai manfaat MOP maupun MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang) lainnya,” terang Ucu.(NJP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top