Home / Berita Daerah / Minimnya Informasi Kespro Penyebab Utama Hamil Muda

Minimnya Informasi Kespro Penyebab Utama Hamil Muda

Kesehatan Reproduksi (ILUSTRASI)

Kesehatan Reproduksi (ILUSTRASI)

Banyak kemajuan di bidang kependudukan yang dicapai sejak  International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994. Namun, tujuan ICPD terkait hak-hak kesehatan reproduksi dan seksualitas bagi remaja masih jauh dari kata memadai. Sementara jumlah pemuda di kawasan Asia Pasifik mencapai separuh dari populasi dunia. Di Indonesia sendiri, satu dari lima orang adalah usia antara 15-24 tahun. Berarti sekitar 63 juta jiwa atau 33 persen dari jumlah penduduk Indonesia adalah kaum remaja. Tetapi kebijakan Indonesia dan agenda program belum terlalu memperhatikan remaja.

Hal itu dikemukakan oleh Direktur Eksekutif Women Research Institute Institute (WRI) Sita Aripurnami dalam Seminar dan Diskusi Publik bertema “Berikan Hak Remaja untuk Mendapatkan Informasi dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi”, yang diselenggarakan WRI di Hotel Bumi Asih Jaya Bandung, Kamis (14/11).

Hadir pula perwakilan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat, Mitra Citra Remaja (MCR) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kota Bandung, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Bandung, dan para remaja yang bergiat pada komunitas remaja dan pramuka.

Sita mengatakan, UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 memang sudah mengatur hak dan kewajiban terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakarat. “Tapi kebijakan yang ada belum diterjemahkan ke dalam program konkrit untuk melayani kebutuhan reproduksi remaja,” tuturnya. Selain itu juga, lanjutnya, UU tentang perwakinan yang memberikan wewenang kepada perempuan berusia 16 tahun dan laki-laki 19 tahun untuk menikah perlu ditinjau ulang.

Menurut Sita, UU tentang perwakinan tersebut yang menjadi salah satu penyebab suburnya fenomena pernikahan dini dan berdampak pada peningkatan kehamilan usia muda. “Kondisi alat reproduksi pada masa remaja belum berkembang secara maksimal, sehingga meningkatkan risiko kehamilan yang berujung pada kematian ibu,” papar Sita.

Sita memaparkan, bawa persoalan mendasar yang dihadapi remaja saat ini adalah kurangnya pelayanan informasi, pengetahuan dan pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi seksual mereka. Faktor tersebut, jelas Sita, menyebabkan remaja melakukan hubungan seksual di usia sangat muda, yang beresiko pada kehamilan tak diinginkan. “Pada akhirnya mereka terpaksa melakukan pernikahan di usia remaja,” ujarnya.

Ia berpandangan, bahwa remaja dan pemuda Indonesia masih kurang siap untuk menghadapi tantangan kesehatan reproduksi dan tanggung jawab yang akan mereka hadapi ketika mereka memasuki tahun reproduksi mereka. “Makanya kami akan merancang sebuah program untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan reproduksi untuk para remaja, seminar dan diskusi publik ini sebagai langkah awalnya,” ujar Sita.(RDN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top