DUAANAK.COM – BANDUNG
Pekan Gebyar Jabar Tengah baru berlangsung setengah satu hari ketika Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Cibingbin harus sudah mengajukan penambahan implant kepada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat. Maklum, dari target melayani 100 peserta KB, pukul 11.00 siang tinggal menyisakan 10 buah implant. Sementara calon peserta KB masih membludak.
Ya, pemandangan di Puseksmas Cibingbin menjadi salah satu contoh tingginya antusiasme warga menyambut pelayanan KB. Sedikitnya 100 perempuan dengan sabar menunggu pelayanan dimulai. Mereka tampak sumringah ketika namanya dipanggil untuk mendapatkan pelayanan. Yang menarik, sebagian dari mereka ternyata baru memiliki satu anak. Mereka mengaku memilih ber-KB karena ingin memberikan lebih lama kepada buah hatinya.
“Anak saya sebenarnya sudah 5,5 tahun. Namun, saya tidak ingin buru-buru punya anak agar anak saya yang pertama ini bisa diperhatikan dulu. Sekarang membesarkan anak membutuhkan biaya yang tidak sedikit, karena itu belum berani menambah anak lagi,” kata seorang ibu muda saat ditemui sebelum menjalani pemasangan implant di Puskesmas Cibingbin, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan, Selasa siang, 24 September 2013.
Seorang ibu lainnya mengaku ingin beralih menggunakan kontrasepsi implant untuk menghindari keterlambatan jadwal suntik yang dilakukannya setiap bulan. Keinginannya itu disampaikan kepada Kepala Perwakilan BKKBN Siti Fathonah yang menemuinya saat menjalani pemasangan implant. Dia sendiri mengaku beruntung karena bisa menikmati pelayanan gratis plus mendapat hadiah sembako.
“Sambutannya luar biasa. Hari pertama saja target sudah tercapai. Padahal pelayanan masih tersisa empat hari lagi. Kami optimistis target 1.250 untuk Kabupaten Kuningan akan tercapai. Dengan demikian target 10 ribu selama Pekan Gebyar Jabar Tengah di delapan kabupaten akan tercapai,” terang Rahmat Mulkan, Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Jabar, saat meninjau pelayanam di Puskesmas Cibingbin.
Tingginya antuasiasme warga juga tampak di setiap desa sasaran sekaligus tuan rumah Pekan Gebyar Jabar Tengah. Bahkan, di Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Sukawening, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang calon peserta KB harus berdesakan saking membludaknya peserta. Wakil Bupati Sumedang Ade Irawan yang meninjau pelayanan di sana harus susah payah menembus “barikade” para ibu yang ingin menjarangkan kelahirannya. Panitia mencatat dari 1.250 target peserta baru implant, sampai hari kedua pelayanan sudah menyentuh angka 1.300 peserta baru.
Hal serupa tampak di Desa Citaman, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung dan Desa Situwangi, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat pada Kamis siang 26 September 2013. Nagreg melaporkan target sudah terpenuhi pada hari ketiga pelayanan. Pun dengan Cihampelas yang sudah mencapai 1.452 peserta baru hingga Jumat pagi, 27 September 2013. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) KBB Wahyu Diguna yang memimpin langsung pelayanan selama sepekan di Cihampelas tersebut mengaku siap meneruskan trend positif pencapaian peserta baru metode kontrasepsi jangka panjang tersebut.
“Selain implant, kami juga melayani MOP dan MOW. Khusus pelayanan MOW kami bekerja sama dengan Rumah Sakit Salamun. Sementara MOP dilakukan di Cihampelas ini. Alhamdulillah berhasil melayani 114 MOW dan 52 MOP. Ini surprise karena biasanya kami kesulitan mencari akseptor MOP,” kata Wahyu puas.
Menanggapi tingginya antusiasme warga tersebut Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat Siti Fathonah mengaku sudah menduganya. Hal ini tidak lepas dari laporan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang menunjukkan tinnginya angka unmet need Jawa Barat, mencapai 11 persen dari total pasangan usia subur (PUS) sebanyak 9,1 juta pasangan.
“Bagi saya, ini bukan soal target lagi. Melainkan banyaknya masyarakat kita yang tidak bisa mengakses pelayanan KB. Memang sulit kalau menunggu mereka datang ke klinik atau Puskesmas. Bukan tidak sadar, tapi semua itu membutuhkan biaya. Jadi, kalau kita mendatangi mereka dan tidak dipungut bayaran mereka sangat senang,” kata Fathonah.
Mendekatkan akses pelayanan hingga ke desa, sambung Fathonah, merupakan kata kunci pelayanan KB ke depan. Dekat dari sisi tempat maupun biaya. Selama ini pelayanan statis sering terkendala jadwal pelayanan. Ketika Puskesmas buka hingga siang hari, sebagian perempuan desa masih harus berkutat di sawah atau ladang. Dengan begitu, mereka tidak bisa datang ke tempat pelayanan. Belum lagi fasilitas tempat pelayanan yang belum sepenuhnya optimal.
“Dekat juga berarti terjangkau. Ketika alat kontrasepsi gratis, maka jarak yang dekat menjadikan biaya yang harus dikeluarkan masyarakat juga kecil. Ini sama-sama penting,” kata Fathonah.(NJP)