BANDUNG | WARTAKENCANA.COM
Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat Kusmana mengklaim capaian KB Pria di Jabar melalui metode operasi pria (MOP) cukup tinggi. Hingga kini capaian akseptor MOP di Jabar di atas satu persen, melebihi capaian tingkat nasional yang masih berada di kisaran 0,5 persen.
“Itu termasuk bagus. Capaian MOP Jabar di atas satu persen. Di seluruh Indonesia, KB Pria rata-ratanya hanya mencapai 0,5 persen,” ungkap Kusmana saat memberikan motivasi kepada anggota Paguyuban Motivator KB Pria Kabupaten Bandung Barat (KBB) di kantor Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) KBB, Kamis 22 Oktober 2020.
Dijelaskan Kang Uung, sapaan akrab Kusmana, pencapaian peserta KB baru (PB) di Jabar untuk MOP, hingga saat ini sekitar 28,9 persen. Sedangkan rata-rata PB MOP se-Indonesia paling tinggi capaian targetnya selalu di bawah 5 persen dari peserta KB keseluruhan.
Ia beranggapan capaian tersebut termasuk luar biasa jika dibandingkan rata-rata tingkat nasional. “Di tingkat nasional saja, belum pernah sampai 10 persen,” tegasnya.
Karena itu, Kang Uung menyambut hangat para motivator KB Pria yang bekerja keras menggaet kaumnya untuk menjadi akseptor. Ia bahkan menyebut para motivator KB Pria sebagai pionir cahaya bagi orang lain dalam bentuk pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana).
“Bangga Kencana bukan hanya tanggung jawab istri. Melainkan tanggung jawab suami-istri. Sasaran dari Bangga Kencana adalah pembentukan keluarga yang berkualitas,” tegas Kang Uung.
Ia juga menegaskan, peranan suami sangat tinggi dalam menjalankan delapan fungsi keluarga. Baik fungsi agama, kesehatan reproduksi, pembinaan, ekonomi, perlindungan, cinta kasih, maupun sosial.
Menyinggung pelayanan KB pria saat pandemi Covid-19, Uung menilai bukan persoalan. Akan tetapi, tantangan bagaimana merancang strategi pada publik sesuai tuntutan negara.
“Kalau pada masa normal, sekali pelayanan MOP bisa puluhan orang. Maka, saat pandemi batasi saja disesuaikan dengan protokol kesehatan. Ini kan bentuk strategi juga,” tegasnya.
Ia pun tidak mentoleransi alasan puskesmas dan rumas sakit atau dokter yang enggan melayani MOP saat pandemi. Uung mendorong agar pelayanan bisa dilakukan di tempat lain. “Jangan dipaksakan. Kalau memang tidak ada puskesmas, rumah sakit atau dokter melayani, cari saja yang siap. Jadi jangan berhenti karena sesuatu yang tidak bisa,” pungkasnya. (HENI SUHAENI)