Pengetahuan masyarakat terhadap HIV/AIDS rupanya masih sangat rendah. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan, penduduk berusia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan benar dan komprehensif tentang HIV/AIDS hanya 11,4%.
“Ini menunjukkan risiko penyebaran HIV/AIDS yang sangat tinggi,” ujar Winni Nurwini dari Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan (Promkes dan PM Dinkes) Provinsi Jawa Barat (Jabar) dalam seminar bertema “Ragam Program Kesehatan Reproduksi dan Pencegahan HIV/AIDS bagi Kalangan Muda dan Remaja Jawa Barat” di Auditorium Rumah Sakit Pendidikan Unpad, Kamis (28/11).
Rendahnya pengetahuan itulah yang kemudian mendorong Dinkes getol mengampanyeukan bahaya HIV/AIDS. Salah satunya melalui program Aku Bangga Aku Tahu alias ABAT. ABAT berfokus pada pencegahan. “Upaya pencegahan AIDS memiliki paralel dengan kampanye ABAT, tapi program-program lain yang sudah ada tetap berjalan,” ujar Winni.
Winni menjelaskan, pemerintah telah mencanangkan pada akhir 2014 mendatang, 95% kaum muda usia 15-24 tahun telah memiliki pengetahuan yang benar dan komprehensif tentang HIV/AIDS. Pada tahun 2015, lanjutnya, akan mencapai Getting to Zero, Zero New Infected, Zero Discrimination, Zero HIV Related Death.
Adapun sasaran kampanye ABAT yang telah dilakukan Promkes dan PM Dinkes Jabar kepada remaja berusia 15-24 pada 2012 itu meliputi Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten dan Kota Bandung, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Karawang, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cirebon. Sementara kampanye ABAT pada 2013 meliputi Cianjur, Indramayu, Sumedang, Kota Banjar, dan Kota Sukabumi.
Tak mau ketinggalan, Universitas Padjadjaran (Unpad) juga melakukan kampanye pencegahan HIV/AIDS melalui program Hebat alias Hidup Sehat Bersama Sahabat. Program yang dipimpin Mawar Pohan ini menyasar remaja di Kota Bandung. Menurut Mawar, dipilihnya sekolah karena sekolah sangat dipercaya orangtua dan siswa. Selain itu, siswa banyak menghabiskan waktunya di sekolah. “Ini sejalan dengan program pendidikan pembangunan karakter dan MDGs,” tuturnya.
Mawar menjelaskan, dalam pelaksanaannya program Hebat terdiri dari pendidikan pencegahan penyalahgunaan Narkoba yang disampaikan pada semester 3, kesehatan reproduksi pada semester 4, dan pencegahan HIV/AIDS pada semester 3 dan 4. “Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan, mengembangkan sikap positif terhadap kesehatan, dan meningkatkan keterampilan atau life skills,” paparnya.
Selain kepada siswa, kampanye Hebat juga dilakukan kepada kepala sekolah, guru-guru dan para guru bimbingan konseling (BK) sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab. Hal yang dilakukannya berupa Coaching for Trainers, yang bertujuan untuk memberdayakan guru-guru BK sebagai master trainer. “Sebagian besar guru saat ini kurang percaya diri untuk mengajarkan tentang kesehatan reproduksi, Narkoba dan HIV/AIDS. Akibatnya siswa remaja banyak mencari informasi yang keliru terkait hal itu,” tegas Mawar Pohan.
Sementara itu, Kepala Sub Bidang Ketahanan Remaja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Jawa Barat Linda Herliany menjelaskan, remaja memiliki banyak tantangan dalam menjalani kehidupannya, di antaranya merokok, pornografi, Napza, seks bebas, dan lainnya. “Bila tak dilakukan upaya pencegahan pada remaja, mereka bisa terjebak pada pengidapan HIV/AIDS akibat perilaku penyimpangan itu,” tandasnya.
Hal yang sama juga dipaparkan Putri Rian Sari dari Mitra Citra Remaja (MCR). “Remaja memiliki berbagai persoalan, di antara yang sering dialami adalah seks pranikah, Narkoba, dan mengidap HIV/AIDS,” kata Putri.
Putri mengungkapkan, data hasil curhat 245 remaja ke MCR di tahun 2011 kasus yang paling banyak dikonsultasikan yaitu informasi seksualitas remaja 35%, diikuti dengan permintaan informasi kontrasepsi 15%, mitos seputar seksualitas 6%, HIV dan AIDS 7%, dan konsultasi seputar aktivitas seksual 3%. “Remaja saja yang belum menikah sudah menanyakan alat kontrasepsi, sementara orangtuanya belum tentu punya perhatian terhadap kontrasepsi,” ujarnya.
Putri menyampaikan berbagai pendekatan yang dilakukan MCR PKBI Jabar kepada remaja, yaitu pendekatan berbasis pada hak-hak asasi dan hak-hak kesehatan reproduksi, pendekatan integrasi seksual dan gender, pendidikan life skills, pendidikan perubahan perilaku.(RDN)