Jurus Baru Optimalisasi Mupen ala Kota Bandung
Pada mulanya, banyak pihak meragukan efektivitas mobil unit penerangan (Mupen) program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK). Terlebih di kota-kota besar yang nota bene sangat mudah menemukan hiburan. Bioskop pun kini merasuki rumah-rumah warga. Meski begitu, toh Mupen tak lantas kehilangan taji. Di Kota Kembang, Mupen menjelma menjadi pusat aktivitas warga. Tak hanya menikmati hiburan, warga bisa mengembangkan kegiatan bersama. Semua berkumpul di arena Movie on the Move!
Sesuai namanya, kegiatan komunal yang diprakarsai Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Bandung ini tetap menyajikan film layar lebar sebagai menu utama. Selebihnya merupakan pesta rakyat yang kemeriahannya bergantung kreativitas warga di mana hajat itu dihelat. Wajar bila kemudian di satu kecamatan acaranya superheboh sementara di kecamatan lain STD alias standar.
“Tidak dapat dimungkiri sangat ditentukan oleh aparat kewilayahan, dalam hal ini camat setempat. Kami dari BPPKB hanya menyediakan Mupen dan kru serta perangkat kebutuhan nonton bareng. Acara selanjutnya milik kecamatan. Informasi yang disampaikan pun tak melulu program KKBPK, melainkan program Pemerintah Kota Bandung,” terang Aminudin, Kepala Bidang Keluarga Berencana (KB) BPPKB Kota Bandung di ruang kerjanya belum lama ini.
Kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) melalui mupen memang mendapat angin segar setelah tokoh kreatif Ridwan Kamil menjadi orang nomor satu di Kota Bandung. Arsitek beken ini menilai nonton bareng (Nobar) yang selama ini rutin dilaksanakan BPPKB bisa menjadi salah satu jurus mendongkrak indeks kebahagiaan (index of happnines) warga. Tentu saja harus dikemas menarik. Nama Movie on the Move pun ternyata datang dari sang Wali Kota.
“Tidak lama setelah Pak Ridwan Kamil dilantik, kami menghadap beliau untuk audiensi program KB. Kami berusaha menjelaskan tentang program KB dan meyakinkan pentingnya keluarga untuk pembangunan. Kami jelaskan bahwa KB itu bukan hanya soal kontrasepsi, melainkan upaya menjalankan delapan fungsi keluarga. Alhamdulillah responsnya bagus. Beliau berkomitmen untuk mendukung program KB,” terang Aminudin yang saat ditemui Warta Kencana didampingi Kepala Sub Bidang Pelembagaan Keluarga Kecil BPPKB Kota Bandung Wuryani.
Pada saat itulah tercetus nama Movie on the Move dari mulut Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil. Mantan Ketua Bandung Creative City Forum (BCCF) ini meminta BPPKB untuk meneruskan tradisi nobar melalui mupen. Tidak tanggung-tangguang, Emil meminta BPPKB untuk menghelat 200 kali nobar dalam setahun. Wow!
“Kami angkat tangan, tidak sanggup untuk melaksanakan Gerak Mupen hingga 200 kali. Bayangkan, dengan hari kerja efektif 10 bulan, bila 200 kali berarti dalam sebulan ada 20 kali nobar. Hampir tiap hari ada nobar. Tentu kami kewalahan,” Wuryani menambahkan.
Akhirnya, setelah bernegosiasi atas pertimbangan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dan beban program secara keseluruhan, BPPKB disetujui “hanya” melaksanakan 60 kali nobar setahun. Nobar pun bukan semata tanggung jawab BPPKB. Ridwan Kamil langsung menyurati para camat untuk berpartisipasi dalam kegiatan Movie on the Move. Para camat kerkewajiban mengembangkan nobar menjadi kegiatan masyarakat.
Tak lama setelah surat Balaikota meluncur ke kecamatan, BPPKB langsung menyusun jadwal nobar. Jadwal tersebut ditawarkan kepada masing-masing camat untuk dipilih waktu mana yang akan digunakan untuk menonton di kecamatannya. BPPKB mensyaratkan nobar hanya boleh dilaksanakan pada akhir pekan. Alasannya, kru mupen sebenarnya karyawan aktif BPPKB yang pada hari kerja terlibat dengan pekerjaannya.
“Sampai September (2014) sudah terisi. Bahkan ada yang sebulan harus dilaksanakan lebih dari enam kali. Kami makin bersemangat dengan pola kerja seperti ini. Terus terang, dulu kami merasa seperti bekerja sendiri. Untuk menyesuaikan dengan tuntutan jadwal, kini kami merekrut tenaga baru dari tenaga penggerak kelurahan (TPK),” terang Wuryani.
Wuryani menjelaskan, dalam setiap perhelatan nobar, BPPKB mempersilakan dinas atau badan terkait untuk menyampaikan programnya kepada masyarakat. Sosialisasi program dilakukan pada saat jeda nonton atau sebelum nonton dimulai. Beberapa camat menyertakan kegiatan pentas seni, pameran kreativitas warga, hingga gelar dagang Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).
“Kalau iklan KKBPK terus wara-wiri sepanjang acara. Ini giliran yang lain menyampaikan program. Lagi pula setiap dinas atau lembaga pemerintah itu sebenarnya mendorong dijalankannya delapan fungsi keluarga. Dengan begini pekerjaan kita menjadi lebih mudah,” papar Wuryani.(WARTA KENCANA)