Home / Berita Utama / Horeee, Semua Dapat Oleh-oleh Angklung

Horeee, Semua Dapat Oleh-oleh Angklung

Wakil Bupati Bandung Barat, Deputi KSPK BKKBN, Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat, maupun undangan dan peserta jambore kompak memainkan angklung. (ELMA TRIYULIANTI/BKKBN JABAR)

Wakil Bupati Bandung Barat, Deputi KSPK BKKBN, Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat, maupun undangan dan peserta jambore kompak memainkan angklung. (ELMA TRIYULIANTI/BKKBN JABAR)

LEMBANG – DUAANAK.COM

Kemeriahan Jambore Nasional Pusat Informasi dan Konseling Remaja dan Mahasiswa (PIKR/M) 2014 membuat Wakil Bupati Bandung Barat Yayat T Soemitra terkagum-kagum. Ternyata, tidak kurang dari 700 remaja dari seluruh daerah di Indonesia bisa menjadi begitu kompak dan heboh saat mereka berkumpul di satu tempat. Semua seolah larut dalam pesta tahunan para penggerak program Generasi Berencana (Genre) di seluruh Indonesia tersebut. Terlebih jambore berlangsung dalam suasana hangat penuh kekeluargaan.

Tak ingin momen langka di daerah yang dipimpinnya bersama Bupati Abu Bakar lenyap begitu saja, Yayat pun inisiatif memberikan cinderamata khas Jawa Barat kepada seluruh peserta jambore. Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini pun memilih angklung untuk dijadikan tanda kadeudeuh bagi seluruh remaja se-Indonesia. Angklung tersebut diberikan pada saat penutupan Jambore Nasional PIKR/M di Grand Hotel Lembang, Kamis malam 30 Oktober 2014.

“Angklung merupakan kesenian khas Jawa Barat. Dengan angklung ini, para peserta akan terus mengenang kebersamaan mereka di Bandung Barat khususnya dan Jawa Barat pada umumnya. Kami berharap, setiap kali mereka melihat angklung, maka mereka akan mengingat bahwa mereka pernah ke Bandung Barat dan melewatkan waktu bersama dengan ratusan remaja dari seluruh daerah di Indonesia,” ujar Yayat ihwal pemilihan angklung sebagai merchandise jambore.

Lebih dari sekadar oleh-oleh, peserta jambore pun diajak terlibat aktif dalam pertunjukkan angklung. Dipandu seorang pemusik di atas panggung, peserta dan undangan diajak memadu irama musik melalui goyangan alat musik bambu tersebut. Walhasil, seluruh peserta maupun undangan pun enjoy memainkan angklung.

Entah kebetulan atau tidak, pada saat membuka jambore sehari sebelumnya, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga (KSPK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sudibyo Alimoeso sempat berujar bahwa berkumpulnya remaja se-Indonesia tersebut merupakan momen langka. Menjadi sebuah kebanggan bagi peserta yang datang dari luar daerah untuk mengikuti jambore dan berkumpul di suatu tempat pada saat bersamaan.

Karena itu, imbuh Sudibyo, alangkah lebih baiknya bila mereka bisa membawa pulang cinderamata khas Jawa Barat. Oleh-oleh tersebut menjadi ciri khas daerah penyelenggaraan jambore sekaligus bukti kehadiran mereka di acara tahunan remaja. Dengan begitu, mereka akan selalu ingat Jawa Barat atau Kabupaten Bandung Barat.

Sebagai catatan, angklung merupakan alat musik multitonal alias bernada ganda yang secara tradisional berkembang di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.

Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg yang diterbitkan pada 1862 di Batavia menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan bunyi. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.(NJP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top