Home / Berita Utama / BKKBN Jabar Upgrade Lagi Pengelola PIK Remaja

BKKBN Jabar Upgrade Lagi Pengelola PIK Remaja

Kepala Sub Koordinator Ketahanan Remaja BKKBN Jabar Della Aryati (pojok kanan atas) menjelaskan tata kelola PIK Remaja pada saat workshop virtual kemarin.

BANDUNG | WARTAKENCANA.COM

Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat baru saja menuntaskan pembekalan bagi para pengelola pusat informasi dan konseling remaja (PIKR) atau PIK Remaja di Jawa Barat. Pembekalan berupa workshop virtual ini berlangsung selama empat hari, diikuti 390 pengelola PIKR se-Jawa Barat.

“Selama empat hari ini para pengelola PIKR mendapatkan pembaruan informasi terkait pengelolaan PIKR secara baik dan benar. Langkah ini kami ambil karena sudah lama sekali BKKBN tidak memberikan pembekalan kepada paa pengelola PIKR. Selama ini proses kaderisasi PIKR berlangsung secara alamiah,” terang Kepala Sub Koordinator Ketahanan Remaja BKKBN Jawa Barat Della Aryati saat ditemui usai menutup workshop virtual di ruang kerjanya, kemarin.

Padahal, sambung Della, perkembangan dunia remaja maupun program pembinaan remaja itu sendiri terus berkembang. Apalagi, pembinaan PIKR merupakan salah satu progam prioritas nasional BKKBN dalam beberapa tahun ke depan. Dengan begitu, perlu pengembangan kapasitas bagi para pengelola PIKR untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana).

“Sudah barang tentu pengelola PIKR butuh ­upgrade informasi dan kapasitas diri. Program terus berubah mengikuti tantangan remaja kini. Pada tahap pertama ini, workshop diikuti 390 pengelola PIKR. Angka ini masih sangat jauh dari jumlah  PIKR secara keseluruhan di Jawa Barat yang mencapai angka 3.053 PIKR,” terang Della.

Della menggarisbawahi angka 3.053 merupakan jumlah yang selama ini aktif melakukan pembaruan informasi pada statistik rutin BKKBN Jawa Barat. Secara keseluruhan, jumlah PIKR di Jawa Barat mencapai lebih dari 5.000 PIKR. Della tidak memungkiri adanya PIKR yang timbul-tenggelam di masyarakat. Alasannya, keberadaan PIKR sangat dipengaruhi perkembangan remaja itu sendiri. Apalagi jika PIKR tersebut berada di sekolah.

Masa aktif siswa untuk berkecimpung dalam sebuah kegiatan ekstrakurikuler terbilang pendek. Biasanya, siswa mulai mendaftarkan diri untuk menjadi anggota PIKR pada tingkat satu. Setahun kemudian, mereka menjadi pengurus atau pengelola. Sementara tahun ketiga sudah tidak bisa aktif lagi mengingat adanya kebijakan sekolah yang melarang siswa tingkat akhir aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Siswa tingkat akhir ini lebih diarahkan untuk memaksimalkan diri mempersiapkan kelulusan.

“Yang aktif berkegiatan sekitar 70 persen. Kami memaklumi karena memang situasi masing-masing PIKR berbeda satu sama lain. Keberadaan PIKR sangat dipengaruhi pemangku kepentingan di wilayah bersangkutan atau sekolah bersangkutan. Ada kepala sekolah atau kepala daerah yang memberikan perhatian tinggi kepada PIKR, ada juga yang lebih memperhatikan kelompok kreativitas remaja lain,” papar Della.

Lebih jauh Della menjelaskan, BKKBN akan terus mendukung prioritas nasional melalui empat output prioritas. Kelima keluaran tersebut meliputi: 1) Pengelolaan permintaan dan pemenuhan kebutuhan alokon di faskes; 2) Peningkatan promosi dan konseling kespro berbasis komunitas; 3) Penyiapan perencanaan kehidupan keluarga bagi remaja; dan 4) Peningkatan promosi pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan.

“PIKR remaja menjadi salah satu program prioritas nasional. Terutama menyankut proposi kespro dan penyiapan kehidupan berkeluarga. Secara nasional, PIKR berjumlah sekitar 23.579 tersebar di 34 provinsi. Keberadaan PIKR diharapkan menjadi wadah bagi remaja untuk berkumpul, berbagi cerita, berkreativitas, dan saling tukar informasi,” jelas Della.(NJP)

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top