BKKBN Jabar Gelar Festival KIE 2014
CIMAHI – DUAANAK.COM
Selalu ada yang baru di Jawa Barat. Menyempurnakan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang saban tahun dilaksanakan, tahun ini Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat mengemasnya dengan cara berbeda. Lahirlah “Festival KIE Jawa Barat 2014” untuk menggabungkan sejumlah kreativitas dalam sosialisasi dan edukasi program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK).
Dihelat selama dua hari di dua tempat berbeda, festival ini memadukan agenda capacity building hingga praktiknya di tengah masyarakat. Tak tanggung-tanggung, panitia memboyong peserta dari 22 kabupaten dan kota se-Jawa Barat ke arena pesta rakyat cum pasar kaget di kawasan Brigade Infanteri (Brigif) 15 Kujang, Kota Cimahi. Di sini, panitia menyediakan tiga booth dengan tema berbeda: remaja, balita, dan orang tua. Melengkapi festival, BKKBN juga menghadirkan sebuah panggung KIE kreatif yang diselingi hiburan rakyat.
“Mungkin orang tua tidak secara sengaja datang untuk mendapatkan informasi tentang program KKBPK. Namun begitu, ketika anaknya asyik bermain di booth alat permainan edukatif atau APE, maka petugas kita dari BPMPPKB Kota Cimahi mengajak orang tuanya berbincang tentang pengasuhan hingga masalah keluarga. Sementara di booth remaja, pengunjung diajak bermain Monopoli Genre berupa permainan game interaktif tentang program pendewasaan usia perkawinan dan kesehatan reproduksi,” terang Kepala Sub Bidang Advokasi dan KIE BKKBN Jawa Barat Elma Triyulianti di sela riuh rendah festival.
Model KIE Terpadu
Dia menambahkan, festival yang mengusung tema Hari Ibu tersebut didesain menjadi pintu gerbang KIE program KKBPK kepada masyarakat. Elma menyebut festival tersebut sebagai upaya mendekatkan akses KIE kepada khalayak. Mereka yang selama ini belum tersentuh atau kurang tergarap optimal bisa memperoleh akses terhadap informasi program. Selanjutnya, giliran satuan kerja perangkat daerah (SKPD) program KKBPK di kabupaten dan kota masing-masing untuk menindaklanjutinya secara tepat.
“Kami ingin mengembangkan model KIE terpadu. Keramaian seperti pasar kaget di Brigif ini pasti ada di setiap daerah. Tentu dengan variasi yang khas satu sama lain. Nah, dengan dibawanya pengelola program advokasi dan KIE dari seluruh kabupaten dan kota ke sini, kami berharap mereka bisa mengembangkannya di daeran masing-masing,” Elma menjelaskan.
Lebih jauh Elma menjelaskan, festival yang digelar kali pertama di Jawa Barat ini juga mengundang kader KB terbaik dan perwakilan remaja dari kapaten dan kota se-Jawa Barat. Kader yang dalam bahasa resmi program KKBPK disebut Pembantu Pembina keluarga Berencana Desa (PPKBD) ini mendapat pembekalan soft skill untuk mendukung kegiatan mereka mengedukasi masyarakat. Ujung tombak pengelola program di lini lapangan ini dilatih secara khusus oleh para comic alias stand up comedian.
“Mengepa waktunya singkat? Kami menilai karena para kader yang dikirim merupakan yang terbaik di kabupaten dan kota, maka secara substansi program mereka sudah memahami. Di sini kami hanya membekali mereka mengenai bagaimana meningkatkan kepercayaan diri ketika menghadapi audiens dan bagaimana membuat humor-humor segar yang relevan dengan program KKBPK,” terang psikolog yang belum lama ini menuntaskan pendidikan magister bidang manajemen tersebut.
Aneka Lomba, Aneka Media
Remaja beda lagi. Perwakilan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mitra MQTV di Jawa Barat ini mendapat pembekalan tentang teknik pembuatan film pendek dengan tema KKBPK dan Hari Ibu. Tentu, mereka juga mendapatkan pembekalan substansi program KKBPK. Substansi itulah yang diharapkan menjadi spirit mereka dalam mengkreasi film pendek. Selanjutnya, remaja-remaja ini ditantang untuk menghasilkan sebuah iklan pendek tentang keluarga, dengan bahasa dan dunia remaja di dalamnya.
Ada lagi pengembangan kapasitas KIE bagi pengelola radio komunitas (Rakom) di Jawa Barat. Hasil pembekalan ini, pengelola rakom ditantang menghasilkan iklan layanan masyarakat (ILM) tentang Hari Ibu dan pendataan keluarga yang akan dilaksanakan pada 2015 mendatang. Para pemenang, baik ILM maupun iklan remaja, bakal diumumkan pada 22 Desember 2014 mendatang bertepatan dengan puncak peringatan Hari Ibu tingkat Provinsi Jawa Barat.
“Intinya kami ingin menyentuh kalangan berbeda dengan cara dan media berbeda pula. Untuk mengedukasi remaja tentang program KKBPK, kami menggunakan tangan remaja. Alasannya, hanya remaja yang memahami dunia remaja. Biarkan mereka mengemasnya dengan cara khas mereka. Pun dengan rakom yang lebih diarahkan untuk menyosialisasikan program kepada masyarakat atau komunitas di mana rakom tersebut hadir,” ujar Elma.
Biar KB Tak Lagi Redup
Ditemui di tempat yang sama, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Cimahi Maria Fitriana mengaku sangat menyambut baik Festival KIE 2014 yang diprakarsai BKKBN Jawa Barat tersebut. Perempuan yang akrab disapa Pipit ini menilai model KIE yang dikemas dalam bentuk festival memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk lebih mengetahui program KKBPK, khususnya mengenai program KB, secara berbeda. Di sini masyarakat tidak perlu datang ke klinik atau fasilitas kesehatan untuk sekadar bertanya tentang pelayanan KB.
“Ini bagus ya untuk menyemarakkan lagi program KB yang belakangan ini dirasakan meredup. Dengan begitu, masyarakat juga bisa mendapatkan informasi mengenai masalah kependudukan. Melalui festival ini mereka bisa mendapatkan informasi di tempat yang mereka biasa kunjungi, di sini,” terang Pipit.
Pipit menjelaskan, mirip dengan festival KIE yang dihelat pagi ini, 30 November 2014, pihaknya juga kerap menyelenggarakan acara serupa di arena car free day Kota Cimahi. Meski tidak melengkapi dengan booth informasi selengkap festival, BPMPPKB menerjunkan tim KIE dan Pelayanan untuk berbicara langsung dengan pengunjung. Untuk menindaklanjutinya, tim memandu mereka untuk datang ke tempat-tempat pelayanan KB yang tersebar di sejumlah fasilitas kesehatan.
“Di era JKN ini memang mekanismenya berbeda. Kita tidak bisa begitu saja memberikan pelayanan KB kepada masyarakat. Sesuai mekanisme JKN, pelayanan KB harus dilaksanakan di fasilitas kesehatan. Sayangnya, pelayanan tidak bisa massif dilaksanakan. Paling dalam sehari hanya bisa melayani 2-3 orang. Namun begitu, kami terus berupaya mengedukasi masyarakat untuk menjadi peserta KB dengan kesadaran sendiri berdasarkan informasi yang mereka dapatkan secara tepat pula,” papar Pipit.(NJP)