Home / Featured / Tekan Prevalensi Stunting, BKKBN Dorong KB Pascapersalinan

Tekan Prevalensi Stunting, BKKBN Dorong KB Pascapersalinan

Kepala BKKBN Hasto Hasto Wardoyo dalam acara Konsolidasi Implementasi Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2022 yang di Hotel Santika Medan, Sumatera Utara, Selasa 5 Juli 2022. (MEDIA CENTER BKKBN)

MEDAN | WARTAKENCANA.COM

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendorong para penyuluh Keluarga Berencana (KB) untuk meningkatkan layanan KB bagi akseptor pascapersalinan. Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengklaim layanan KB pascapersalinan itu efektif untuk menurunkan prevalensi stunting.

Hal tersebut disampaikan Hasto dalam acara Konsolidasi Implementasi Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2022 yang diikuti 34 kepala dan jajaran kantor Perwakilan BKKBN seluruh Indonesia yang digelar hybrid dari Hotel Santika Medan, Sumatera Utara, Selasa 5 Juli 2022.

“Kalau sampai pascabersalin tidak KB maka sangat sulit sekali menurunkan stunting. Kalau menurunkan stunting dengan grebek pascapersalinan sebetulnya akseptor baru akan tercapai. Artinya unmet need-nya turun, akseptor barunya ada juga, stunting-nya turun. Jadi sekali kerja dapat tiga kalau mau grebek pascapersalinan,” kata Hasto.

Menurut Hasto, lebih mudah mengajak ibu pasca bersalin untuk memasang kontrasepsi. Sebab, secara psikologis seorang ibu yang baru melahirkan tidak ingin langsung punya anak lagi. Karena itu, strategi komunikasi yang baik menjadi pintu gerbang bagi BKKBN untuk menyukseskan program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana).

“Anda hari ini melahirkan ditanya satu tahun lagi apa mau melahirkan? Pasti 100 persen jawab tidak, saya yakin itu. Tapi kalau ditanya siapa yang mau pasang kontrasepsi, yang jawab iya 29 persen, sehingga punya peluang 71 persen untuk dirayu. Pil bisa, kondom bisa, susuk bisa,” kata Hasto.

Hasto juga meminta jajaran perwakilan BKKBN di seluruh Indonesia untuk memanfaatkan seoptimal mungkin media massa dan media sosial. “Bapak dan ibu, bisa blow up di media. Informasikan setelah melahirkan langsung bisa pasang susuk. Habis melahirkan pasang susuk, maka menyusui jadi lancar dan orangnya tetap sehat. Ini adalah strategi pasar,” kata Hasto.

Hasto juga meminta jajaran perwakilan BKKBN untuk bekerja secara efektif dan efisien. “Penting sekali komunikasi. Bapak ibu nggak akan sukses kalau diam saja. Pesan saya pakai bahasa positif. Jangan cari jalan buntu, tapi jalan cerahnya. Cari peluang, kalau nggak ada ciptakan peluang sendiri. Stunting jadi kekuatan baru, tapi tidak melupakan program Bangga Kencana, tidak melupakan tugas kita menjalankan visi kependudukan dan keluarga seimbang,” ujarnya.

Stunting merupakan ancaman nyata bagi masa depan anak-anak dan Indonesia. Angka kasus stunting yang saat ini mencapai 24,4 persen masih melebihi ambang batas Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO), yakni prevelansi stunting kurang dari 20 persen. BKKBN terus berupaya dengan berbagai cara untuk mencapai target penurunan stunting nasional menjadi 14 persen pada 2024.(Media Center BKKBN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top