Home / Featured / Ceramah Lengkap Fasli Jalal di Kampus UPI Cibiru

Ceramah Lengkap Fasli Jalal di Kampus UPI Cibiru

Kepala BKKBN Fasli Jalal (DOK. BERITA.UPI.EDU)

Kepala BKKBN Fasli Jalal (DOK. BERITA.UPI.EDU)

(Notulensi ceramah Kepala BKKBN Prof. dr. Fasli Jalal, Sp.Gk, Ph.D. dalam Seminar Nasional 2014 “Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Kreatif dan Edukatif Berbasis Budaya Lokal Bagi Pendidikan Anak Usia Dini” di Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia pada Sabtu 8 Maret 2014)

Pengantar

Penyajian ini akan membeberkan data, fakta dan analisa untuk dipelajari agar kita menjadi Learning Society. Hal pertama yang harus diingat, kita punya potensi luar bisaa tapi harus didukung oleh sumber daya manusia. Soal pembangunan sumber daya manusia ini, anggaran pendidikan di Indonesia sudah 20 % tapi jika itu di dalamnya adalah tunjangan kesejahteraan guru, kita tetap belum bisa berbuat banyak. Dari 20 % itu sebagian besar digunakan untuk gaji guru dan tunjangan profesi. Sejumlah 6 % digunakan untuk membangun sekolah-sekolah baru (sarana), membuat laboratorium, buku dan pelatihan. Tahun 2006, anggaran kita nol  rupiah untuk tunjangan profesi. Kini sudah lebih dari 65 trilyun untuk tunjangan profesi tersebut.

Saat itu ada kendala berkaitan dengan anggarannya dari mana. Tim yang dikepalai Fasli Jalal saat itu mengusulkan ada beberapa hal yang berkaitan dengan reformasi di tenaga kependidikan. Salah satunya adalah membuat guru itu sama dari TK sampai perguruan tinggi. Undang-undang menyamakan guru TK dengan Dosen. Guru punya kesempatan yang sama dengan professor di perguruan tinggi dan tidak membedakan apakah itu guru di negeri ataupun swasta, asal memiliki sertifikasi.

Lingkungan yang Membesarkan

Berkaitan dengan Pembinaan Keluarga sejak dini, hal ini sangat vital apalagi di 5 tahun pertama, terutama dua tahun pertama (1000 hari kehidupan). Orang tua/ keluarga merupakan lingkungan pertama & utama yang memiliki peranan penting dalam memastikan tumbuh kembang. Perawatan dan pengasuhan ini dalam istilah lokal di Jawa Barat, dikenal dengan”Asuh, Asih dan Asah”.

Ada lagi Teori Ekologi yang menyebutkan kalau anak itu harus diasuh dan dibesarkan oleh banyak orang. Bukan Cuma oleh sepasang orang tua, kakek-nenek, paman tante saja. Perlu orang sekampung untuk membesarkan anak. Pendapat ini diamini oleh Hillary Clinton, istri mantan Presiden Bill Clinton yang kini menjadi Menteri Luar Negeri Amerika. Dalam  buku yang ditulisnya dia mengatakan, “It Takes a Village to Raise a Child.” Dibutuhkan orang sekampung untuk memastikan tumbuh kembang anak. Mengapa, karena memang tak cukup membesarkan anak oleh orang tua saja. Diperlukan tetangga diperlukan masyarakat. Di mana anak ada, di sana harus ada stimulasi oleh masyarakat. Konsep terbaru soal ini adalah Pengembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI).

Hal tersebut juga sudah diakomodasi oleh pemerintah, dalam salah satu Undang-undang bersama DPR yang memastikan bahwa Pembinaan  itu dimulai dari Ketahanan dan Kesejahteraan keluarga. Keluarga adalah tempat pertama pendidikan itu. Implikasinya, guru PAUD harus rajin berinteraksi dengan keluarga sama pntingnya dengan berinteraksi dengan guru yang lain. Pada akhirnya kita harus memahami fungsi keluarga.

BKKBN sudah membuat sebuah buku berjudul, “Menjadi Orang Tua Hebat “ yang di dalamnya menekankan pentingnya pengasuhan. Bagaimana pengasuhan ini ternyata sangat berbasis budaya. Orang tua melakukan pengasuhan sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang direfleksikan dan dipengaruhi oleh budaya. Karena itu dalam pendidikan usia dini kita wajib untuk menggandeng budaya-budaya lokal, membuat kontekstualisasi budaya lokal sehingga biudaya kita terpelihara, berkembang, kokoh dan menjadi basis dari pendidikan usia dini kita. Anak bisa Amerika, bisa ke Jepang namun basisnya sebagai bagian dari budaya local, sebagai orang Sunda, orang Jawa Barat tidak hilang. Dengan modal itu dia bisa bersaing dengan banghsa manapun tanpa pernah merasa gentar dalam menghadapi budaya manapun.

Dalam buku ini di sana ada bagian yang berisi  bagaimana bersiap-siap menjadi orang tua, memahami peran orang tua, melibatkan peran ayah itu sangat penting. Kelak kita akan memperbanyak buku ini, dan bagi yang membutuhkan dapat mengkopi, kita sudah izinkan soal copyright, hanya perlu mencantumkan saja bahwa buku ini dipersiapkan oleh BKKBN. Dan kalau mau memperbanyak dengan tambahan gambar-gambar seperti Bupati, Bunda PAUD dan lain-lain dipersilakan. Dan masih di dalam buku ini, ada bagian di mana pendidikan karakter sangat penting, yang dimulai dari anak usia dini.

1000 Hari Pertama Kehidupan

Lalu, mengapa pendidikan itu sangat penting di 1000 hari pertama kehidupan? Dari 1000 hari itu terdiri dari 270 hari selama kehamilan, 730 hari selama dua tahun kehidupan. Kalau itu dijumlahkan maka genap 1000 hari kehidupan.  Ternyata, studi-studi menyebutkan kalau kita berhasil memenuhi hak-hak anak di 1000 hari pertama kehidupan, daya saingnya akan jauh lebih baik, apapun nanti yang dialami di pendidikan di atasnya.

PBB yang dulu punya mereka punya banyak organisasi, ada WHO untuk kesehatan, ada FAO untuk pangan, ada UNESCO untuk pendidikan, ada UNFPA untuk keluarga. Berbagai organisasi itu  kini diminta oleh Sekretaris Jenderal Ban Ki – Moon dari Korea untuk bersatu mengamankan 1000 hari pertama kehidupan ini.

Alasan lainnya kalau kita berhasil, di 1000 hari pertama kehidupan otak itu dibentuk oleh Yang Maha Kuasa, ditentukan oleh gizi, diberikan stimulasi, sejak dari orang tua menyapa janin yang berusia tiga bulan sampai menjelang melahirkan. Ini akan mempengaruhi kognitif dan prestasi belajar dan juga kecerdasan-keceradasan sosialnya.

Dan yang tak kalah penting, kalau kita berhasil di 1000 hari pertama kehidupan, ini akan menentukan kekebalan, juga secara fisik pada  pembentukan otot, tulangnya. Jadi ketika dia kelak bekerja, dia akan setara dengan fisik dari bangsa-bangsa lain. Kondisi saat ini memang agak membuat kita malu. Bayangkan, kalau dibandingkan, satu orang Korea produktivitasnya setara dengan empat orang Indonesia.

Tapi sesungguhnya hal ini tidak terlalu merisaukan. Asal didampingi dengan baik, orang Indonesia produktivitasnya luar bisaa. Banyak contoh soal ini. Dari sumber Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional, yaitu orang-orang Indonesia yang bekerja di Luar Negeri, ada lebih dari 1000 orang yang bekerja di berbagai bidang, ada professor, ada peneliti,  Fasli menyebutkan contoh orang Indonesia yang bekerja di Max-Planck Intitute di Jerman yang berhasil menemukan 18 planet. Hanya satu orang, orang Indonesia. Ada lagi yang bekerja di sebuah perusahaan IT di Jepang, ada orang Indonesia yang berhasil menemukan teknologi yang lebih canggih dari teknologi 4G dalam bidang informatika. Ada juga salah satu professor termuda di usia 28 di kampus di Boston Amerika, ternyata dia adalah orang Indonesia. Ada juga yang bernama Ken Sudarto, satu-satunya orang Indonesia yang dipercaya menjadi seorang dekan di salah satu politeknik di Jepang. Dia meraih Ph.D pertamanya di teknologi informasi di Jerman, dia ambil lagi Doktor di bidang kedokteran, lalu karena masih merasa kurang dalam hal teknologi pembuatan obat di bidang kefdokteran dia ambil lagi di bidang Farmasi. Setelah selesai, karena masaih merasa kemampuan mengajarnya belum cukup, dia ambil lagi Doktor di bidang pendidikan. Orang Indonesia.

Tapi kita juga harus waspada, apabila 1000 hari pertama kehidupan ini tidak berhasil maka yang terjadi pada  anak-anak ini, selnya menjadi rakus dalam menyerap makanan. Jadi, ketika asupan makanannya sama dengan yang lain, karena selmnya rakus, anak-anak ini menjadi cepat gemuk, yang menyebabkan banyak muncul penyakit degenerative, misalkan saja hipertensi, diabetes dan penyakit jantung.  Anak-anak ini  akan kalah tiga kali. Kalah di waktu kecil, kalah ketika usia produktif dan kalah tertatih-tatih di masa tua. Kita harus memastikan di 1000 hari pertama kehidupan ini, jangan sampai anak kita tertinggal, jangan sampai perkembangan otaknya tidak baik, jangan sampai masa tumbuhnya tidak baik, jangan sampai kekebalan dan produktivitas kerjanya rendah, dan jangan sampai terjadi berbagai macam penyakit degenerative.

Diperlihatkan juga tahapan perkembangan otak anak. Di 25 hari pertama, otak itu tumbuh dan berkembang menjadi tulang belakang. Jumlah sel otak manusia di tahap ini berkembang 100 milyar sel. Sel-sel ini akan membentuk chip seperti dalam computer yang tak terkalahkan oleh computer manapun. Sel itu mulanya ringkih, namun, sejalan dengan asupan nutrisi akan makin kuat dan makin lengkap, akan bercabang dengan banyak, nanti akan terbentuk myelin, sebagai penghubung antar sel yang menghantarkan bio elektrik. Myelin ini adalah insulator yang mengirimkan bio elektrik yang membawa berbagai informasi ini. Ini yang menyebabkan anak menjadi pintar. Kalau mekanisme ini tidak berjalan dengan baik, kita menidentifikasi ini sebagai anak telmi. Telat mikir. Karena selnya tidak mendapatkan kesempatan untuk berfungsi dengan baik.

Lima Pilar Penting

Kondisi yang kita inginkan adalah anak yang sehat, cerdas, dan ceria. Karena mereka punya potensi bersar untuk kreatif, maka kita harus memberikan kesempatan untuk itu. kita bisa memastikan sel-sel otak ini berkembang sebagaimana mestinya, melakukan stimulasi yang lebih baik dan memastikan gizinya tercukupi.

Mengapa kita harus bersusah-susah untukPAUD? Karena studi-studi internasional mengatakan kalau kita memenuhi hak-hak untuk anak di berbagai aspek, yang dikenal dengan lima pilar pendidikan dan pengembangan anak usia dini, yaitu: kesehatan, pendidikan, pengasuhan, gizi dan perlindungan, maka yang terjadi adalah anak akan cerdas secara kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Kecerdasannya juga bukan hanya intelektualitas saja, tapi juga emosionalitas, sosialitas dan spiritualitasnya. Kita bisaa menamakan ini multiple intelligence.

Dalam perkembangannya, anak-anak ini akan memiliki ketahanan terhadap berbagai macam penyakit. Secara fisik, dia punya kemampuan yang memadai untuk melakukan banyak hal secara produktif. Yang tak kalah pentingnya, adalah pengembangan konsep diri, kemampuan social dan emosional, lebih tenang dan tidak agresif dan lebih spontan. Dalam level IQ, anak-anak yang tidak mendapatkan hak-haknya, perkembangan IQ nya terbatas dari 80 ke paling tinggi 90. Namun untuk anak-anak normal, IQ itu nisa naik dari 80 ke level 130. Tugas dari para guru PAUD adalah memastikan, agar anak-anak ini bisa tercukupi hak-haknya, dari aspek lima pilar tadi.

Contoh kasus bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah seperti yang tergambar di India. Sebuah studi menyebutkan, bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang bercerai, memiliki masalah resiko perkembangan yang lebih banyak: kesempatan belajar secara informal dalam keluarga hilang, mudah depresi, eksposure stimulasi oleh lingkungan bagi anak jadi terbatas.

Holistik Integratif

Apa yang mempengaruhi anak bisa jadi cerdas? Pertama soal gizi. Sejak 1987, ilmu otak telah berkembang   sedemikian rupa, teknologi mampu mengidentifikasi bagian otak mana yang berkaitan dengan respons fisik kita. Sehingga tren sekarang adalah Brain Based Learning. Yang kedua, keberhasilan itu ditentukan oleh kualitas interaksi antara orang tua dengan anak. Selain itu, kecerdasan anak juga ditentukan oleh kualitas interaksi antara anak dengan guru dan anak dengan sesamanya. Guru juga sesungguhnya bisa memanfaatkan peran dari orang tua-orang tua pengantar yang ada di sekolah. Caranya dengan melibatkan mereka menjadi asisten dalam memastikan setiap anak adalah individu yang unik yang membutuhkan pendampingan sendiri. Supaya eksplorasi anak ini menjadi lebih optimal. Ingat, Itakes a village to raise a child.

Ada lagi studi internasional, tentang dua anak dengan IQ berbeda. Satu adalah anak dengan IQ 98, satu lagi 108. Lalu terhadap dua anak itu diberikan group of control, yaitu stimulasi-stimulasi berbeda. Pertama, tidak diberikan apa-apa, kemudian satu lagi diberikan mmakan saja, satu group diberikan stimulasi saja, satu lagi diberikan dua-duanya, stimulasi dan makanan tambahan. Ternyata yang berhasil adalah yang terakhir. Itu artinya, stimulasid an gizi akan berdampak banyak pada perkembangan anak. Stimulasi bisa dilakukan secara maksimal, berupa stimulasi suara,s sentuh, penglihatan, bau, interaksi social, gerakan otot halus otot kasar harus dibuat semaksimal mungkin.

Perkembangan anak juga Sangat ditentukan oleh keluarga dan juga lembaga-lembaga kesehatan.  Kita bisa ajak bidan desa untuk memperhatikan perkembangan anak secara fisik. Kartu kembang anak itu juga dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Anak juga dapat berkembang dengan interaksi social yang sering. Ini bisa menjadi stimulasi yang penting.

Terakhir, konsep PAUD Holistik Integratif menjadikan Indonesia kini dilirik oleh berbagai Negara, karena berhasil menggabungkan ke lima aspek penting dalam tumbuh kembang anak: 1). Kesehatan 2). Stimulasi Dini 3). Parenting 4). Nutrisi dan 5). Hak dan Proteksi Anak. Jadi, kelak ke lima pilar ini akan menjadi ukuran untuk mengevaluasi bagaimana tumbuh kembang anak. Ketika ada yang salah, pilar mana yang bermasalah. Ini menjadi instrument penting bagi kita semua untuk memastikan tumbuh kembang anak lebih optimal.

Berbasis Budaya Lokal

Dari berbagai studi dan literature kita bisa lihat bagaimana tahapan perkembangan anak. Pada usia tertentu, itu harus seperti apa. Teorinya, kita bisa pelajari semua, yang dilihat dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Tetapi kultur atau budaya membuat respons anak dengan respons lingkungan  terhadap tahapan-tahapan ini akan menjadi  berbeda. Ini yang membedakan anak Indonesia dengan anak Jepang, antara anak Papua dan anak Sunda. Di sinilah pentingnya peran budaya, karena pemahaman terhadap arti tumbuh kembang anak itu berbeda di antara budaya-budaya .

Pada akhirnya, Kendatipun anak itu belajar secara teratur, tahapan-tahapannya bisa diprediksi, kita harus sadar satu hal bahhwa pada akhirnya  anak itu memiliki individual needs. Kebutuhan individu. Cara belajar khas dia, kecepatan belajar khas dia, dan keinginan yang khas dia, yang unik untuk setiap anak. Jangan dikorbankan hak anak untuk belajar yang unik, sesuai dengan interesnya, demi untuk kepentingan kelompok. Karena setiap anak berbeda, dan anak harus menjadi dirinya sendiri di dalam kelompok. Dan lihat kecerdasan-kecerdasan itu secara lebih luas, terhadap music, visual, fisik (kinestetik), intrapersonal.

Untuk itu, harus kita sadari, bahwa bermain adalah hak asasi anak. Melalui bermain, anak melakukan eksplorasi,  mengekspresikan dirinya, kesenangannya, minatnya. Karena itu pembelajaran sampai kelas 2-3 SD itu esensinya adalah bermain. Anak berpikir secara konkrit dan lebih realistic. Anak juga memiliki egosentris, hanya melihat pada dirinya saja, tidak terpengaruh pada kebutuhan orang lain. Berpikir sederhana tidak majemuk, tapi imajinasi sangat kaya. Bayangkan jika semua indera dia itu terus berkembang, berpindah dari satu kejadian ke kejadian lain, satu stimulasi ke stimulasi lain, maka anak akan lebih terasah kecerdasannya.  (ZDN)

One comment

  1. Anak-anak adalah investasi masa depan bangsa, memberikan pendidikan yang berkualitas sejak dini sangat penting dan dianjurkan. Pada masa ini anak tidak dituntut dengan pemikiran-pemikiran yang berat, melainkan membiarkan mereka untuk bermain diluar dan mengeksplor diri dan bakat mereka masing-masing. Dan pemerintah seharusnya memberikan kurikulum yang cocok untuk digunakan anak-anak kita. bukan dibebani dengan materi-materi yang menjadi PR untuk orang tua juga nantinya.

Leave a Reply to Gringer Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top