SUBANG – DUAANAK.COM
Kabupaten Subang memiliki sederet masalah kependudukan dan keluarga berencana (KKB). Dari daftar masalah tersebut, Bupati Subang Ojang Sohandi menilai empat di antaranya sebagai masalah utama. Tingginya kemiskinan mendapat sorotan utama Ojang saat membuka Rapat Kerja Daerah Program KKB Kabupaten Subang di kawasan wisata Cijambe, Subang, pada Rabu 23 April 2014.
“Harus kita akui bersama bahwa kemiskinan masih menjadi masalah utama di Kabupaten Subang. Merujuk kepada data Bapeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah), penduduk miskin berjumlah 28 persen. Sementara menurut BPS (Badan Pusat Statistik) mencapai 31-32 persen. Angka ini perlu diluruskan,” kata Ojang yang siang itu mengenakan pakaian adat Sunda.
Dia melanjutkan, “Bagaimana mau membuat kebijakan yang tepat kalau datanya saja salah? Untuk itu, Kabupaten Subang membuat kriteria khusus untuk menentukan predikat miskin seseorang. Caranya dengan melihat jumlah tabungan yang dimiliki setiap keluarga. Ilaharna (lazimnya, red), makin tinggi tabungan maka makin sejahtera sebuah keluarga. Begitu juga sebaliknya.”
Masalah berikutnya, sambung Ojang, rendahnya peserta KB metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Pemakaian kontrasepsi jangka pendek berpotensi memicu angka putus pakai (DO). Akibatnya, upaya pengendalian penduduk yang tengah diupayakan pemerintah bisa tersendat atau bahkan jalan di tempat. Ojang meminta pemangku kepentingan (stake holders) program KKB bahu-membahu untuk mendorong peserta KB jangka pendek menjadi MKJP.
Permintaan tersebut disampaikan kepada seluruh camat yang siang itu menjadi peserta Rakerda Program KKB dan sejumlah lembaga terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten Subang. Menurutnya, kemitraan menjadi prasyarat utama program KKB di lapangan. Alasannya, pemerintah memiliki keterbatasan dari sisi sumber daya maupun anggaran. “Ini harus menjadi gerakan kesadaran, bukan paksaan,” tandas salah satu bupati muda di tanah air tersebut.
Dari dokumen Rakerda yang diperoleh DUAANAK.COM diketahui, sampai 2013 lalu jumlah peserta KB di Kabupaten Subang berjumlah 283.737 orang. Dari jumlah tersebut, hanya 85.974 atau sekitar 30,30 persen yang manjasi peserta KB MKJP. Sementara sisanya merupakan pengguna pil dan suntik, masing-masing 87.678 orang dan 107.101 orang.
Masalah lain yang tidak kalah penting adalah tingginya perkawinan usia muda dan rendahnya penghasilan keluarga. Tingginya kawin muda ini pula yang mendapat perhatian serius Ojang. Selain memicu kelahiran baru, kawin muda juga membuka peluang bagi kehadiran kanker leher rahim alias kanker serviks. Secara medis, sambung dia, ketidakmatangan biologis seorang ibu melahirkan memicu kanker mulut rahim.
“Karena itu, saya sebagai bupati mendukung penuh upaya Tim Penggerak PKK Kabupaten Subang yang menginisasi digelarnya kampanye pencegahan kanker serviks bagi perempuan Subang. Saya meminta aparat kewilayahan turut mendukung ikhtiar kita semua untuk menjadikan kualitas keluarga Subang lebih baik,” tegas Ojang.(NJP)