Home / Berita Daerah / Program KB Dipandang Sebelah Mata

Program KB Dipandang Sebelah Mata

Ketua IPKB Jabar Soeroso Dasar pada Sosialisasi Program KKBPK Bagi Pengelola dan Mitra Kerja di Indramayu. (NAJIP HENDRA SP/DUAANAK.COM)

Ketua IPKB Jabar Soeroso Dasar pada Sosialisasi Program KKBPK Bagi Pengelola dan Mitra Kerja di Indramayu. (NAJIP HENDRA SP/DUAANAK.COM)

INDRAMAYU – DUAANAK.COM

Pengamat kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK) Soeroso Dasar menilai ada yang salah dengan paradigma pembangunan di Indonesia. Rezim boleh berganti, tapi paradigma tak kunjung berubah. Soeroso pun meradang.

“Pembangunan infrastruktur belum tentu signifikan dengan kesejahtraan masyarakat. Namun, pembangunan keluarga berencana sudah pasti signifikan dengan kesejahtraan masyarakat,” tandas Soeroso saat berbicara di hadapan seratusan pengelola program KKBPK dan mitra kerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Indramayu di Indramayu, Kamis 4 Desember 2014.

Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Jawa Barat ini kesal karena seiring tumbangnya Orde Baru pemerintah tak kunjung memberikan perhatian serius terhadap program KKBPK atau lebih dikenal dengan sebutan KB tersebut. Salah satunya menyangkut kelembagaan, baik di pusat maupun daerah. Kementerian Kependudukan yang digadang-gadang bakal menjadi bagian dari Kabinet Kerja ternyata isapan jempol belaka.

“Kesalahannya itu satu: sebelum diumumkan, (BKKBN) sudah tumpengan. Eh, ternyata batal,” ujar Soeroso sambil tersenyum.

Dia lantas memberi alasan mengapa pembangunan infrastruktur tidak selalu linier dengan kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, pengembangan infrastruktur hanya akan sia-sia bila jumlah penduduk tidak dikendalikan. Ketika infrastruktur dibangun, pada saat yang sama terjadi pertambahan penduduk. Akibatnya, rasio ketersediaan tidak pernah sesuai dengan kebutuhan. Jumlah penduduk yang tinggi membutuhkan infrastruktur lebih banyak.

Sebaliknya, penduduk yang sedikit memungkinkan untuk menikmati manfaat pembangunan infrastruktur secara optimal. Sebagai pembagi, semakin sedikit penduduk maka akan semakin besar manfaat yang diterima. Faktanya, semakin maju sebuah negara, maka semakin terkendali jumlah penduduknya. Sementara itu, negara-negara miskin rata-rata memiliki jumlah penduduk jumbo.

“Bagi saya, program KB itu bukan kurang perhatian. KB itu tidak mendapat perhatian. Program KB hanya dipandang sebelah mata. Bagaimana mau berhasil?” kecam penulis KB Mati Dikubur Berdiri ini.

Mengutip sejumlah pendapat para ahli demografi, Soeroso mengungkapkan pertumbuhan penduduk yang tidak mampu dikendalikan akan menyeret sebuah negara ke lembah kehancuran. Penduduk adalah hulu dari semua permasalahan kehidupan yang ada.

“Turunnya laju pertumbuhan penduduk lebih merupakan suatu konsekuensi alamiah dari kebijakan-kebijakan yang dirancang untuk secara langsung menaikkan taraf hidup sebagian rakyat miskin. Pembangunan yang benar akan mendorong penduduk memiliki sedikit anak. Program KB atau program kependudukan lainnya yang disusun dan dilaksanakan secara baik akan mempunyai peranan penting dan bermanfaat. Kita harus melihat secara jeli hal ini,” tandas Soeroso.(NJP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top