Home / Berita Daerah / Pengendalian Penduduk Saja Tidak Cukup

Pengendalian Penduduk Saja Tidak Cukup

Suasana pendaftaran pelayanan KB di Kantor Kecamatan Astanaanyar Kota Bandung pada Selasa (29/4). (DUAANAK.COM)

Suasana pendaftaran pelayanan KB di Kantor Kecamatan Astanaanyar Kota Bandung pada Selasa (29/4). (DUAANAK.COM)

BANDUNG – DUAANAK.COM

Kota Bandung menjadi salah satu kota di Indonesia dengan ancaman ledakan penduduk tertinggi. Pengendalian penduduk pun menjadi sebuah keniscayaan. Meski begitu, pengendalian penduduk saja rupanya tidak cukup. Pengendalian sudah sejatinya diikuti dengan upaya meningkatnya kesejahteraan keluarga.

Begitu Kata Deputi Advokasi, Penggerakkan, dan Informasi (Adpin) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Abidinsyah Siregar saat berbicara di hadapan warga Kota Kembang pada Selasa, 29 April 2014. Mantan salah satu direktur di Kementerian Kesehatan ini menekankan bahwa pembangunan keluarga merukan tanggung jawab seluruh anggota keluarga.

“Pada 1830 penduduk bumi masih 1 miliar. Sekarang 2014, berjalan 184 tahun, menjadi 7 miliar. Baru dua generasi. Saat ini penduduk Indonesia kira-kira 250 juta jiwa. Setiap tahunnya bertambah 3,5 juta orang,” kata Abidinsyah di halaman Kantor Kecamatan Astanaanyar Kota Bandung.

“Kalau sekarang di Kota Bandung sudah merasakan macet, besok tak macet lagi. Besok-besok kendaraan tidak bisa berjalan sakingnya banyaknya penduduk Kota Bandung. Perlu upaya pengendalian penduduk. Tapi itu saja tidak cukup. Perlu mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjadikan anak-anak sehat, cerdas, dan kuat,” Abidin menambahkan.

Untuk mengendalikan kuantitas penduduk dan meningkatkan kesejahteraan keluarga, sambung Abidinsyah, tidak ada cara lain selain seluruh keluarga Indonesia peduli pada keluarga. Yakni, dengan menjadi peserta program keluarga berencana (KB). Tanpa menafikan peran laki-laki, Abidinsyah menilai peran kaum ibu dalam pembangunan keluarga sangat besar. Bahkan, Abidinsyah menilai bahwa kekuatan terbesar ada di tangan para ibu.

“Bukan berarti bapaknya tidak berperan, tetapi jangan menunggu. Ibulah guru, gurunya bangsa, guru abadi bagi anak dan cucunya. Pada saat bersamaan kita bersama-sama mendorong meningatkan keikutsertaan pria dalam ber-KB. Memang, saat ini peran pria dalam ber-KB masih sangat rendah. KB masih identik dengan perempuan,” kata Abidinsyah.

 

KB Pria Melempem

Di tempat yang sama, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Bandung Siti Masnun menjelaskan adanya tiga masalah yang menghambat pria menjadi peserta KB. Pertama, menyangkut hambatan sosial, lingkungan, budaya, masyarakat, keluarga yang menilai KB pria belum atau tidak penting. Kedua, kesadaran pria dan keluarga dalam ber-KB masih rendah. Ketiga, rendahnya akses pelayanan KB pria.

“Peningkatan KB pria merupakan salah satu sasaran progam KB jangka panjang di Kota Bandung. Walaupun vasektomi sederhana, peserta masih sedikit dibanding tubektomi. Perbandingannya sekitar 1:8. Artinya, dari delapan perempuan yang menjalani tubektomi, hanya satu pria yang mengikuti vasektomi,” papar Siti.

Untuk diperoleh sikap positif, Siti melanjutkan, perlu diberikan pengetahuan yanhg baik. Salah satu upaya adalah aksebilitas KB bagi kaum pria. Siti berjanji bakal menggenjot sosialisasi dan promosi KB pria di daerah yang kini dihuni sekitar 3 juta jiwa ini.

Di bagian lain, Siti menjelaskan masalah kependudukan bukan semata tanggung jawab pemerintah. Masalah kependudukan merupakan masalah semua masyarakat. Alasannya, jumlah penduduk besar memiliki dua mata pisau sekaligus. Penduduk besar dan berkualitas menjadi modal pembangunan, sementara penduduk besar tidak berkualitas justru menjadi beban berat pembangunan.

“Program KB salah satu untuk upaya mensejahterakan keluarga. Program KB merupakan program terpadu dalam pembangunan nasional yang bertujuan pertumbuhan penduduk tumbuh seimbang,” tandas Siti.(NJP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top