SUMEDANG-DUAANAK.COM
Sore itu musik dangdut terus bertalu untuk menarik perhatian warga Desa Pasireungit, Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang. Satu per satu ibu-ibu muncul dan datang ke Balai Desa Pasireungit yang terus ditarik lengannya oleh pegawai puskesmas setempat.
Tidak pake lama lagi, jarum pun sudah menusuk di lengannya untuk diambil darahnya oleh petugas. Di antara mereka ada yang tahu dan tidak kalau saat itu ada pemeriksaan HIV/AIDS dengan voluntery conseling and testing (VCT). Pintarnya lagi, para pegawai Puskesmas dengan Komisi Penanggunalangan AIDS (KPA) berikut lembaga swadaya masyarakat (LSM) Dewan Kesehatan Rakyat (DKR), Implementing Unit Pakidulan, dan Cadas Pangeran ngabebenjokeun mereka langsung dengan memberikan kondom laki-laki, kondom wanita, dan pelicin secara gratis.
Di tengah kesibukan tersebut, sebagian petugas menerangkan bagaimana cara menggunakan kondom wanita. Diselingi gelak tawa, mereka terlihat antusias mendngarkan penjelasan tersebut.
“Saya baru tahu ada kondom wanita. Saya akan coba nanti dengan suami karena suami kadang malas menggunakan kondom,” kata seorang ibu muda yang diamini ibu-ibu lainnya.
Mereka pun banyak bertanya. Salah satunya menyangkut ketakutan kondom tertinggal di dalam vagina. Petugas pun menjelaskan berulang-ulang agar tidak salah cara menggunakannya dari awal sampai akhir.
Gebrak dangdut dadakan dan kampanye kondom ini bermaksud memberikan informasi dan edukasi HIV/AIDS tahap III. Sebelum berhenti di Balai Desa Pasireungit yang terkenal dengan produksi oncongnya itu, tim kampanye kondom tersebut berhenti di halaman sederet warung pinggir jalan arah Bandung- Cirebon atau Kampung Kebon Cau Desa Padanaan Kecamatan Paseh, Jum’at (15/8).
Di tempat ini petugas mendapat 12 orang yang mau diperiksa. Konon, karena sudah tahu akan ada pemeriksaan, sebagian WPS pun nyarumput. Menurut petugas Puskesmas, bila operasi ambil sampel darah ingin banyak, harus bekerja di malam hari. Saat itu mereka berkumpul, baik “penjual” atau “pembeli” yang kedapatan berada di sana.
“Tidak mudah memang untuk memeriksa mereka, harus kenal dan dekat dulu baru mau, tidak akan ditinggal kabur,” kata petugas.
Sementara itu, di galian pasir Cibeuruem hanya ada seorang yang berani diperiksa. Sedangkan di Desa Pasireungit petugas mendapatkan 40 orang.
Camat Paseh Maman Wasman yang baru dua bulan menjabat ikut terjun langsung dan menyambut baik kegiatan tersebut. Ia berharap dari kegitan itu bisa meminimalisasi atau menekan jumlah penderita penyakit kelamin juga HIV/ AIDS di tempatnya. “Seperti kita ketahui bersama dari dulu sampai sekarang bahwa Nyalindung berimej kurang baik walau pun sudah dibangun Mesjid Nyalindung. Namun kenyataannya, masih ada saja yang praktik. InsyaAllah sedikit demi sedikit akan kami ubah imejnya ke arah yang lebih baik dan positif. Rencananya, kami akan menggiatkan kembali Mesjid Nyalindung untuk dijadikan salah satu simpul wisata rohani selain memakmurkan ekonomi di sekelilingnya,” jelas Wasman.
Baginya, hal itu merupakan tantangan tersendiri mengingat dan mencontoh daerah yang sudah berhasil menumpas maksiat, seperti Surabaya yang berani menutup lokalisasi pelacuran terbesar se-Asia tersebut. Kini, di Sumedang, kenapa tidak? (EMI S/IPKB SUMEDANG)