Masih banyak remaja yang menutupi berbagai persoalan reproduksi dan seksualitas dirinya. Padahal mereka ingin mengetahui dan memperoleh masukan serta solusi bila menghadapi persoalan terkait kesehatan reproduksi (kespro) dan seksualitas. Hanya saja, remaja tak tahu kepada siapa harus mencurahkan persoalan-persoalan tersebut. Mereka masih malu bila harus bercerita tentang hal itu.
Itulah temuan umum Mitra Citra Remaja (MCR) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Barat, penyedia layanan konsultasi kespro dan seksualitas bagi remaja, selama berkecimpung di dunia kespro remaja. Menyadari hal itu, MCR pun getol berkunjung ke sejumlah pusat konsentrasi remaja, salah satunya sekolah. Selasa (29/10) misalnya, MCR berkunjung ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Bandung.
“Para remaja ini banyak mengalami berbagai persoalan kespro dan seksualitas, tapi mereka belum banyak memahami hal itu,” tutur Putri Riansari selaku Penanggungjawab Program Layanan Konseling Remaja MCR PKBI Jabar, di SMAN 6 Bandung, Selasa (29/10).
Putri mengutarakan, para remaja yang berkonsultasi kepadanya kebanyakan dari siswa perempuan. Hal yang ditanyakan dan dikonsultasikan pun banyak yang terkait dengan kewanitaan, seperti tentang menstruasi, keputihan, kehamilan yang tak diinginkan, berhubungan seks pada masa remaja, dan lainnya. Sementara remaja laki-laki banyak bertanya tentang mitos-mitos seksualitas. “Kebanyakan yang bertanya dan berkonsultasi dari remaja perempuan karena perempuan itu lebih kompleks dan khusus,” ucap Putri.
Putri mengungkapkan, hampir semua siswa remaja yang berkonsultasi kepadanya belum mengerti seputar reproduksi. Padahal, lanjutnya, reproduksi itu ada pada setiap manusia. “Di sekolah, mereka diberi pengetahuan tentang reproduksi hewan, tapi reproduksi manusia sangat minim mereka terima. “Masa reproduksi sendiri saja tidak mengerti, sementara reproduksi hewan seperti katak mereka mengerti,” ujar Putri.
Menurut Putri, ketidakmengertian mereka disebabkan akses informasi terkait kespro dan seksualitas sangat minim. Ditambah mereka merasa malu dan canggung bila bertanya kepada siapapun, termasuk kepada orangtuanya. “Paling memungkinkan mereka sering curhat kepada teman-temannya, itupun tak mendapatkan jawaban dan solusi bila mereka mengalami persoalan,” kata Putri.
Ia melanjutkan, bahwa informasi tentang kespro dan seksualitas yang diterima remaja didominasi dengan informasi yang negatif. “Hal ini bisa menjurus pada perilaku negatif, dampak buruknya adalah kehamilan yang tak diinginkan, kena infeksi menular seksual, dan HIV/AIDS,” tegasnya.(RDN)