Home / Berita Utama / Penghulu dan Penyuluh KUA se-Jabar Bersatu Cegah Stunting

Penghulu dan Penyuluh KUA se-Jabar Bersatu Cegah Stunting

Kepala Perwakilan BKKBN Jabar Wahidin dan Kabid Urusan Agama Islam Kanwil Kemenag Jabar Ahmad Fatoni menerima piagam ikrar di sela workshop percepatan penurunan stunting di Bandung. (IRFAN HQ/BKKBN JABAR)

BANDUNG | WARTAKENCANA.COM

Para penghulu yang tergabung dalam Asosiasi Penghulu Republik Indonesia (APRI) dan penyuluh agama yang tergabung dalam Forum Komunikasi Penyuluh Agama Islam (FKPAI) se-Jawa Barat memastikan diri untuk menjadi garda depan upaya percepatan penurunan stunting di Jawa Barat. Tekad kuat para penyuluh dan petugas pencatat nikah ini tertuang dalam ikrar bersama yang dibacakan di tengah Workshop Percepatan Penurunan Stunting dari Hulu Melalui Implementasi Elsimil Bagi Calon Pengantin di GH Universal Hotel, Jalan Setiabudhi, Kota Bandung, pada 24 Maret 2022.

“Mengingat pentingnya upaya percepatan penurunan stunting, menuju zero new stunting di Jawa Barat, kami atas nama petugas lini lapangan, penyuluh keluarga berencana (OKB), tim pendamping keluarga (TPK), APRI, Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh), dan FKPAI siap melakukan screening terhadap calon pengantin tiga bulan sebelum nikah dan dan tercatat dalam aplikasi Elektrinik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil),” demikian bunyi ikrar yang dibacakan perwakilan peserta workshop. Turut menyaksikan ikrar antara lain Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat Wahidin, Kepala Bidang Urusan Agama Islam Kantor Perwakilan Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jawa Barat Ahmad Fatoni, Koordinator Bidang Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga (KSPK) BKKBN Jawa Barat Elma Triyulianti, dan sejumlah pejabat terkait.

Workshop diikuti para Ketua APRI Kabupaten/Kota se-Jawa Barat, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA), Ketua FKPAI se-Jawa Barat, kepala sub bidang/seksi yang membidangi kegiatan remaja organisasi perangkat daerah (OPD) pembangunan keluarga kependudukan dan keluarga berencana (Bangga Kencana), dan para admin aplikasi Elsimil se-Jawa Barat. Para peserta mendapat pembekalan terkait percepatanan penurunan stunting melalui optimalisasi pencegahan sebelum pernikahan dan teknis penggunaan aplikasi Elsimil.

Ditemui usai acara, Ahmad Fatoni mengaku menyambut baik kolaborasi BKKBN-Kemenag dalam upaya percepatan penurunan stunting di Jawa Barat yang nota bene merupakan turunan kerjasama di tingkat nasional. Dia memastikan Kemenag Jabar siap menjadi bagian penting dalam ikhtiar penurunan stunting di provinsi dengan jumlah penduduk paling jumbo se-Indonesia ini.

“Bersyukur kita bisa bersinergi dan berkolaborasi dalam upaya percepatan penurunan stunting dari hulu ini. Semoga menjadi investasi bagi kita semua untuk kebaikan masyarakat.

Ini kaitannya dengan masyarakat dan ummat di Jawa Barat. Kami melihat bahwa stunting bukan hanya menjadi tanggung jawab satu lembaga saja, melainkan tanggung jawab bersama,” ungkap Ahmad.

Ahmad tidak memungkiri amanah baru dalam penanganan stunting turut menambah tugas pelayanan di KUA. Saat ini, sambung Ahmad, KUA memberikan 10 layanan kepada masyarakat, mulai nikah dan rujuk, wakaf, urusan haji, hingga moderasi kehidupan beragama. Namun demikian, pihaknya siap memberikan layanan optimal dalam percepatan penurunan stunting ini.

“Ladang pengabdian kita itu insyaallah luas. Insyaallah yang ada di KUA ini sarana menambah keilmuan juga. Di KUA sudah begitu banyak program, ada 10 layanan. Mulai urusn hidup sampai urusan mati. Sajadah dampai haram jadah ada di KUA. Keikhlasan menjadi fondasi dalam memberikan layanan kepada masyarakat,” ungkap Ahmad.

Kepala Bidang Urusan Agama Islam Kanwil Kemenag Jabar Ahmad Fatoni menyampaikan sambutan pada workshop percepatan penurunan stunting di Bandung. (IRFAN HQ/BKKBN JABAR)

Ahmad menjelaskan, saat ini Kemenag Jabar memiliki hampir 6.000 penyuluh agama, tepatnya 5.922 penyuluh. Dari jumlah tersebut, 836 di antaranya merupakan aparatur sipil negara (ASN). Sementara sisanya sebanyak 5.086 penyuluh berstatus non-ASN. Di samping itu, Jabar memiliki 1.336 penghulu yang tersebar di 626 KUA se-Jawa Barat.

Meski menjadi tugas tambahan, Ahmad menilai program penanganan stunting memiliki arti penting dalam upaya membangun generasi andal. Keluarga yang sehat dan anak-anak yang cerdas merupakan modal membangun generasi tangguh di kemudian hari.

“Negara hadir dalam kesempatan ini saking perhatiannya kepada masyarakat. Dari berbagai unsur kita libatkan. Banyak masyarakat belum kenal stunting. Masih banyak yang awam. Jangan sampai mereka takut terhadap (program percepatan penurunan) stunting. Apa yang penting kita lakukan untuk menghindari stunting. Jujur saja, barangkali sebagian dari kami juga baru tahu stunting setelah launching,” papar Ahmad. Launching yang dimaksud Ahmad adalah peluncuran program Pendampingan, Konseling dan Pemeriksaan Kesehatan Dalam Tiga Bulan Pranikah sebagai Upaya Pencegahan Stunting dari Hulu kepada Calon Pengantin di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, awal Maret 2022.

Sementara itu, merujuk Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Jabatan Fungsional Penghulu, penghulu adalah jabatan sebagai pegawai pencatat nikah atau perkawinan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk, pengembangan kepenghuluan, dan bimbingan masyarakat Islam. Penghulu melaksanakan tugas berhadapan langsung dengan masyarakat, ia menjadi garda terdepan Kemenag dalam memberikan pelayanan langsung.(NJP)

2 comments

  1. Siap menindak lanjuti PPS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top