BANDUNG | DUAANAK.COM
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo meminta Pengurus Pusat Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) melakukan regenerasi atau rejuvenasi. Langkah ini penting agar IPKB bisa kembali bersama-sama dengan BKKBN dalam menggaungkan program KB yang kini bertransformasi menjadi pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana).
Hasto menyampaikan hal itu saat menerima audiensi Pengurus Pusat IPKB di ruang kerjanya belum lama ini. Audiensi tersebut dihadiri sejumlah Pengurus Pusat IPKB, Kepala Biro Hukum, Organisasi dan Humas BKKBN, Kepala Sub Bagian Hubungan Media Massa, serta unit kerja lain terkait lainnya. IPKB merupakan representasi para penulis dan/atau pemerhati kependudukan dan program keluarga berencana (KKB) yang berdiri sejak 20 Mei 1973 silam.
Mantan Bupati Kulon Progo ini berharap berharap BKKBN bisa bekerja sama dengan IPKB dan media lainnya untuk bisa membantu memberikan promosi, advokasi, dan komunikasi, informasi serta edukasi (KIE) bagi publik. Terlebih saat ini BKKBN memiliki isu-isu strategis yang potensial menjadi viral di media sosial maupun media massa.
“Sebenarnya isu tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas adalah isu nomor tiga setelah isu olahraga dan politik yang paling banyak dibicarakan. BKKBN berada di posisi yang seksi di media asal kita bisa mengolahnya karena isu kesehatan reproduksi dan seksualitas masuk tiga besar tersebut. Kita punya potensi besar sehingga kita bisa mem-blow up ini,” jelas Hasto dalam portal resmi BKKBN.
Menurut Hasto, isu terkait pernikahan, perkawinan, dan masalah seksualitas bisa menjadi kendaraan bagus sekaligus seksi untuk menguasai pemberitaan. Ketika isu-isu tersebut menjadi suatu domain dalam pemberitaan media sosial maupun media massa, maka program penundaan usia pernikahan, persiapan pasangan usia subur, dan stunting akan dengan mudah diterima masyarakat luas. BKKBN mempunyai wadah untuk mempromosikan program-program tersebut. Apalagi, remaja di Indonesia kurang terpapar informasi tentang kesehatan reproduksi, sehingga banyaknya masalah remaja yang timbul terkait hal tersebut.
Selain itu, sambung Hasto, quick win BKKBN juga bisa diangkat IPKB. Sebut saja misalnya rebranding BKKBN yang saat ini sedang berlangsung, restrukturisasi kelembagaan, rantai pasok, katalog sektoral, dan distribusi dinamis alat kontrasepsi. Hasto sangat berharap IPKB bisa segera direjuvenasi agar bisa aktif kembali menggaungkan program-program BKKBN.
“Sebanyak 80 persen kegiatan BKKBN adalah pada promosi, advokasi, konseling, dan KIE. Maka yang dibutuhkan BKKBN dan utamanya adalah media. Sedangkan eksekusi berada pada para tenaga kesehatan seperti bidan, dokter dan lain-lain. Pentingnya manajemen isu dalam kampanye program juga harus dilakukan agar bisa memberikan pengaruh yang besar jika kita mampu mengolahnya dengan baik,” tambahnya.(NJP)