(Catatan Ringan Sarling ke-17 Jabar di Kabupaten Garut)
Kusmana belum genap sebulan dilantik menjadi Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat. Meski begitu, kehadirannya di lingkaran Gedung Sate sudah sangat familiar. Ini berkat kosakata baru yang diperkenalkan Uung, sapaan akrab Kusmana, dalam beberapa kesempatan menghadiri kegiatan kedinasan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Nggak percaya? Tengok saja misalnya saat Ketua Tim Penggerak Pemberdaayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jawa Barat Atalia Praratya Kamil memimpin kegiatan Siaran Keliling (Sarling) di Kampung KB Asyifa, Dewa Margawati, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut pada Rabu, 11 Maret 2020. Tak melihat Kang Uung di barisan depan, Atalia langsung memanggilnya.
“Pak Uung mana? Mangga ka payun, Pak Uung. Bapak Spiral Jawa Barat kita. Kita spiralkan kampung KB,” ujar Atalia sambil tersenyum.
Nah, “spiral” inilah yang belakangan melekat dengan sosok Kusmana. Pelapalan “spiral” dengan “viral” ini yang kemudian menjadikannya populer di kalangan kepala organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Ajakan Atalia untuk “spiralkan” kampung KB juga tak lain dari ajakan untuk memviralkan kepada khalayak.
Atalia kembali memperkenalkan Kang Uung sebagai Bapak Spiral saat berbicara di hadapan dengan 2.700-an siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Garut pada hari yang sama. Saat itu, Nyonya Gubernur yang akrab disapa Bu Cinta ini meminta Kang Uung untuk memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa di sekolah dengan jumlah siswa terbanyak di Jawa Barat tersebut.
Rupanya, Uung memang sengaja memilih kata “spiral” untuk mendekatkan program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Banggakencana) kepada khalayak, khususnya kalangan muda. Pelapalan “spiral” yang dekat dengan “viral” diyakini memudahkan orang untuk “memasuki” program Banggakencana secara halus dan simpel.
“Ketika mendengar kata ‘spiral’, orang secara tidak langsung bakal teringat pada alat kontrasepsi jangka panjang: IUD. Karena itu, saya sengaja memplesetkan ‘viral’ menjadi ‘spiral’. Kalau orang lain bilang ‘viralkan’, saya ganti jadi ‘spiralkan’. Ini terbukti menjadi ‘viral’ sungguhan. Bu Cinta pun kini bilangnya ‘spiralkan’ setiap kali berbicara program Banggakencana, khususnya Genre atau Generasi Berencana,” papar Uung ihwal pemilihan kosakata ‘spiral’ yang diusungnya.
Memang demikian adanya. Saat menyampaikan arahan pada kegiatan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Banggakencana 2020 beberapa hari sebelumnya, Atalia kerap mengatakan kata “spiralkan”. “Mari spiralkan program Banggakencana kepada remaja kita,” ajak Atalia sambil menunjukkan salam baru BKKBN berupa dua jari yang disilangkan membentuk simbol cinta atau saranghae.
Selain kemiripan pelapalan dengan kata “viral”, rupanya “spiral” punya asbabun nuzul sendiri. Ceritanya, mengawali tugas pertama di Jawa Barat pada 19 Februari 2020 lalu, Uung langsung bergabung dalam kegiatan Sarling ke-16 di Kabupaten Indramayu. Itulah pertemuan pertama Uung dengan Atalia dalam sebuah kegiatan kolaborasi Pemprov Jabar-BKKBN Jabar. Uung yang sebelumnya bertugas di Kalimantan Barat merasa perlu memperkenalkan diri sebagai Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat kepada Bu Cinta dan para kepala OPD yang kebetulan turut hadir di Indramayu.
Uung yang dikenal salah satu kreator kampanye BKKBN punya cara unik saat memperkenalkan diri. Yakni, dengan menambahkan kata “spiral” di belakang namanya. Uung Spiral, demikian Kang Uung memperkenalkan dirinya. Alasannya, biar tidak tertukar dengan nama lainnya.
“Nama saya Kusmana, biasa dipanggil Uung atau Uung Kusmana. Selain saya, ada lagi Pak Kusmana Hartadji, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil. Pak Wakil Gubernur kita juga namanya Uu. Mirip dengan Uung, nama panggilan saya. Nah, biar tidak tertukar, panggil saja Uung Spiral. Ini tidak akan tertukar karena spiral identik dengan kontrasepsi atau KB. Identik dengan BKKBN,” kata Uung santai.
Ditemui di sela rehat kegiatan Sarling ke-17 di Garut, Uung menjelaskan, BKKBN memerlukan cara-cara baru untuk mendekatkan diri dengan kalangan muda. Salah satunya melalui pemilihan kosakata yang dekat dengan kelompok sasaran. Ketika setiap orang penasaran dengan sesuatu yang viral di media sosial, maka memplesetkan “viral” menjadi “spiral” layak untuk menjadi opsi dalam menyosialisasikan Banggakencana.
“Saya harus akui kegiatan Sarling ini sangat kreatif. Melalui kegiatan ini, Bu Cinta mengajak masyarakat untuk mengenal lebih dekat program-program Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan cara berbeda. Bila sosialisasi biasa dilakukan melalui diseminasi formal berupa seminar atau sejenisnya, Bu Cinta melakukannya dengan cara baru. Yakni, dengan melakukan roadshow untuk berdialog langsung dengan masyarakat di mana masyarakat tersebut berada. Untuk kalangan pedagang pasar misalnya, dialog berlangsung di pasar. Kalangan remaja dilakukan di sekolah. Kalangan keluarga atau rumah tangga dilakukan di posyandu atau kampung KB. Saya bersyukur kampung KB dipilih menjadi lokasi kegiatan Sarling. Dengan begitu, kampung KB makin viral. Makin spiral, hehehe…” papar Uung.
Oke deh. Kuy, kita spiralkan Banggakencana! (Najip Hendra SP)