Home / Artikel / Lini Lapangan Bangga Kencana Siap Sukseskan Vaksin Covid-19

Lini Lapangan Bangga Kencana Siap Sukseskan Vaksin Covid-19

Presiden Joko Widodo saat menjalani vaksinasi perdana pada 13 Januari 2021 lalu. (FOTO: KOMPAS.COM)

Oleh : Anindita Dyah Sekarpuri, S.Psi., MSR
Widyaiswara Balai Diklat KKB Bogor

Pemerintah mencanangkan pemberian vaksin sebagai salah satu cara melawan Covid-19. Langkah ini dilakukan sebagai upaya membangun kekebalan/imunitas komunitas atau lebih dikenal dengan herd immunity. Pencanangan ditandai dengan penteladanan Presiden RI Joko Widodo sebagai orang pertama yang menjalani vaksinasi pada 13 Januari 2021.

Kehilangan orang-orang terkasih karena Covid-19 terus menghantui sejak awal 2020 hingga awal 2021. Kecemasan bertambah seiring makin intens dan tingginya frekuensi suara sirene ambulans berbagai model dari berbagai lembaga yang silih berganti masuk dan keluar Wisma Atlet Kemayoran. Intensitas yang sama terjadi di 132 Rumah Sakit Rujukan Covid-19 di 34 provinsi se-Indonesia.

Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) RSD Penanganan Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran Mayjen TNI Dr. Tugas Ratmono mengabarkan, pada pertengahan Desember 2020 lalu tower yang digunakan untuk perawatan yaitu Tower 4, 5, 6, dan 7 dengan 4.424 beds (tempat tidur) telah mencapai Bed Occupancy Rate (BOR/tingkat hunian) sebanyak 68.26%. Tren peningkatan kasus yang tidak menurun menjadi problem tersendiri. Ketersediaan tempat tidur (beds) untuk pasien Covid-19 yang semakin meningkat harus diantisipasi. Mengacu kepada tren/kecendrungan kasus baru terkonfirmasi Covid-19 harian di Indonesia sampai dengan 4 Januari 2021 menunjukkan gambaran kenaikan yang cepat dengan pertambahan kasus di atas 7.000 kasus dan kematian di atas 200 orang. Sejak pertengahan Desember 2020 jumlah kasus aktif dalam isolasi dan perawatan sudah menembus angka total 100.000 di seluruh Indonesia.

Kondisi ini mendatangkan kekhawatiran akan batas maksimum kemampuan pelayanan, baik fasilitas, tenaga maupun logistik perbekalan kesehatan. Sejumlah daerah mengagendakan strategi penyiapan tempat isolasi dan ruang perawatan baru mengantisipasi ketercukupan dan kesiapan menghadapi pertambahan kasus baru yang masih tidak terduga. Per 4 Januari 2021, kasus terkonfirmasi Indonesia berjumlah 772.103 orang dengan pertambahan sehari 6.753 orang. Sembuh 639.103 orang. Kematian kumulatif 22.911 orang. Dengan demikian, ada 110.089 orang masih dalam perawatan dan isolasi di seluruh RS Rujukan Covid-19 di seluruh Indonesia. Berita baik, jumlah sembuh harian 7.166 orang melampaui jumlah pertambahan kasus terkonfirmasi 6.753 orang. Namun, jumlah kematian hari ini 177 orang, menunjukkan tren meningkat.

Sementara itu, ancaman Covid-19 mutasi baru yang lebih ganas mulai melanda sejumlah negara, dimulai dari Inggris dua pekan yang lalu, belakangan sudah muncul di Australia, Turki, dan yang terdekat dengan Indonesia yaitu Singapura. Pemerintah Indonesia, dalam rangka menangkal Covid-19 mutan baru, per 1 Januari sudah menutup WNA masuk ke Indonesia, dan bagi WNI yang kembali dari luar negeri dikenakan wajib isolasi 5-14 hari di tempat yang ditetapkan pemerintah.

Kondisi akibat virus Covid-19 di Indonesia per Januari 2021 kini adalah terburuk dan tertinggi di wilayah Asia. Keadaan ini bisa semakin memperburuk berbagai aspek kehidupan masyarakat dan perekonomian nasional. Indikator Indeks Ketahanan Nasional sudah mengarah keterancaman terhadap ketahanan nasional. Virus Covid-19 tidak hanya menginfeksi manusia tetapi juga mempengaruhi rantai pasok global untuk semua kebutuhan manusia, dikarenakan kurangnya dukungan dari kedua ujung rantai pasokan, yaitu ketersediaan (supply) dan penyaluran (distribution).

Tenaga Profesional Lemhannas RI  Prof. DR. Dadan Umar Daihani, DEA menemukan penurunan Indeks Ketahanan Nasional yang sangat bermakna dari score 2.82 pada Desember 2019, menjadi 2,70 pada Juli 2020. Seolah kembali pada kondisi tahun 2015. Dampaknya kepada ketahanan ekonomi berupa kemiskinan dan menurunnya daya saing nasional. Pada ketahanan politik terlihat pada kapasitas dan relasi pusat dan daerah yang tampak jalan masing-masing. Pada ketahanan ideologi dirasakan penurunan toleransi dan solidaritas nasional. Demikian pula pada ketahanan sosial budaya terjadi gangguan pada ketertiban sosial dan menurunnya perilaku sosial (ini dibenarkan oleh Survei BPS yang menemukan adanya 17-22% masyarakat Tidak Peduli dengan Covid-19. Juga hasil Litbangkes Kemenkes yang menemukan rendahnya indikator PHBS. Data BKKBN menunjukkan peningkatan Pernikahan dini dan Perceraian). Dan, ketahanan geografi, yang ditunjukkan dengan betapa cepatnya seluruh 34 Provinsi dan 510 dari 514 kabupaten/kota sudah terpapar penyebaran Covid-19. Prof. Dadan menambahkan, akibat Covid-19 Pembangunan yang sudah dilakukan selama lima tahun bagai sirna tersapu dalam waktu enam bulan.

Peneliti Senior LIPI Prof. R. Siti Zuhro pada suatu kesempatan mengatakan, “Relasi pusat dan daerah kurang tampak. Yang muncul justru resistensi kepala daerah berkenaan dengan peraturan pemerintah pusat tentang bantuan sosial Covid-19. Publik pun bingung mengapa silang pendapat mengedepan antara pusat-daerah tentang hal tersebut, padahal Covid-19 yang ganas ini harus diatasi secara tepat dan bersama”.

Vaksinasi adalah keniscayaan yang jadi pilihan dan masyarakat dapat melihat di tautan www.pedulilindungi.id serta melakukan pendaftaran pada tautan tersebut. Vaksin Covid-19 merangsang tubuh menghasilkan antibodi yang dapat melawan virus SARS-CoV-2 penyebab terinfeksi Covid-19. Kekebalan individu (imunitas dari hasil vaksinasi) pada diri sendiri juga akan membangun kekebalan kelompok. Sehingga setiap masyarakat saling melindungi dan tidak ada lagi tempat bagi Covid-19 untuk melakukan pindah tular antarmanusia yang sudah divaksin.

Memang diakui masih banyak kelompok masyarakat, bahkan kaum terpelajar, yang belum memahami vaksin Covid-19. Banyak pula yang “paham” dari berbagai sumber tidak resmi yang berseliweran melalui media sosial. Mereka masih ragu dengan vaksin itu sendiri. Cara vaksinasi, penjadwalan dan tempat vaksinasi, tentang kekebalan individu, kekebalan kelompok, keamanan, kemanjuran, dan kehalalan vaksin. Otoritas kesehatan harus siap sabar menghadapi kelompok masyarakat yang tidak menyetujui vaksinasi. Perlu cara dan pendekatan khusus membekali diri dengan fakta dan kemampuan mediasi yang komunikatif. Pembahasan tentang vaksin dan vaksinasi sudah banyak disampaikan Presiden. Bahkan, minggu lalu Presiden menekankan pentingnya vaksinasi, sehingga Presiden menjamin seluruh rakyat Indonesia yang merupakan prioritas vaksinasi akan mendapat pelayanan dan tidak membayar, alias GRATIS.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin sudah memesan kebutuhan vaksin untuk 181,5 juta jiwa sebanyak 468,8 juta dosis yang berasal dari tujuh industri vaksin di empat negara, termasuk vaksin Merah-Putih produk Bio Farma Indonesia. Sisanya berasal dari Amerika Serikat, Inggris, dan China. Menkes Budi juga menyampaikan bahwa saat ini vaksin sudah mulai didistribusikan ke seluruh 34 provinsi di Indonesia. Tahap pertama akan dilaksanakan Januari-April 2021 dengan prioritas 1,3 juta tenaga kesehatan, 17,6 juta petugas publik (ASN, TNI, Polri dll), dan 21,5 juta lanjut usia. Pada tahap kedua untuk April 2021- April 2022 dengan sasaran 63,9 juta masyarakat rentan dan 77,4 juta masyarakat lainnya. Menkes menjamin vaksinasi dimulai setelah terbit pernyataan keamanan vaksin melalui rekomendasi penggunaan darurat vaksin yang diterbitkan BPOM.

Abidinsyah Siregar (2021) melihat ada enam aspek kesiapan yang perlu diperhatikan dan dilakukan secara paralel untuk menciptakan kondisi optimal prasukses kesiapan vaksinasi, yaitu:

  1. Kepastian vaksin (keamanan, kehalalan. ketercukupan dan persetujuan BPOM/WHO).
  2. Distribusi vaksin yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia dalam waktu hampir bersamaan untuk memutus mata rantai infeksi Covid-19 atau menggunakan sistem pewilayahan.
  3. Vaksinator terlatih butuh pelatihan yang terakreditasi oleh trainer telaten untuk 23.000 vaksinator dan 440.000 Tenaga Kesehatan.
  4. Edukasi masyarakat yang butuh cara pendekatan yang simpatik dan berketerampilan tinggi untuk meyakinkan masyarakat.
  5. Data komprehensif dibutuhkan tidak cuma data primer fisik tetapi juga data nonfisik menyangkut penyakit penerima vaksin yang bisa mengubah hasil/error vaksinasi.
  6. Antisipasi efek samping yang sudah harus dipersiapkan dengan seksama karena isu kecil yang tidak cepat ditangani bisa mengganggu keberlangsungan program.

Penulis mengajak para tenaga lini lapangan Bangga Kencana untuk mendalami upaya edukasi masyarakat melalui penerapan 5M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas). Semua unsur aparat pemerintah, tokoh masyarakat, pemuka agama, pemuda, kaum ibu, dan remaja serta relawan bisa melakukan tugas edukasi agar masyarakat mengerti dan terhindar dari area “Tak Kenal Maka Tak Kebal”. Komunikasi bukan hanya masalah menyampaikan atau mendengarkan pendapat, tetapi juga masalah memahami pendapat orang lain. Setiap orang memiliki “pagar” yang terbentuk dari pemikiran mereka, namun sebagai edukator harus mampu meyakinkan dan membuat mereka membuka “pagar” yang mereka bentuk. Dengan demikian, dapat menyampaikan materi edukasi yang diinginkan.

Presiden Jokowi mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk “Bangkit dan Menjadikan Tahun 2021 sebagai Tahun Pemulihan Kehidupan Kita Semua”. Oleh karenanya, mari kita semua sebagai tenaga lini lapangan Bangga Kencana hendaknya mampu memberikan teladan tindakan nyata dengan tetap menerapkan 5M serta mendukung langkah pemerintah dalam menyukseskan pemberian vaksin Covid-19 bagi masyarakat sesuai dengan prioritas dan kriteria pemberian tersebut.  Bersama kita bisa lawan Covid-19!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top